Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak delapan orang, termasuk misionaris asal Irlandia dan seorang anak berusia tiga tahun, masih dinyatakan hilang setelah sekelompok pria bersenjata menyerbu sebuah panti asuhan di Haiti. Insiden ini memperpanjang daftar kekerasan yang terus meningkat di wilayah yang kini dikuasai oleh federasi geng bersenjata bernama Viv Ansanm.
Panti asuhan yang menjadi sasaran adalah Saint-Helene, yang dikelola oleh Nos Petits Frères et Sœurs (NPFS), sebuah lembaga amal internasional yang berbasis di Meksiko dan Prancis. Situs resmi organisasi tersebut menyatakan bahwa mereka merawat lebih dari 240 anak-anak di fasilitas itu.
Sejauh ini, belum ada kelompok yang mengeklaim bertanggung jawab atas serangan yang terjadi pada Minggu (3/8/2025) itu. Namun, wilayah Kenscoff, tempat panti asuhan tersebut berada, telah menjadi titik panas kekerasan sejak dikuasai oleh geng Viv Ansanm, yang pada tahun ini dinyatakan sebagai organisasi teroris asing oleh pemerintah Amerika Serikat.
Di antara korban penculikan terdapat Gena Heraty, seorang misionaris asal Irlandia yang telah mengabdikan hidupnya di Haiti sejak 1993. Ia memimpin program kebutuhan khusus untuk anak-anak dan dewasa di panti tersebut.
Heraty bukan orang asing terhadap kekerasan. Pada 2013 ia pernah diserang ketika pelaku menerobos masuk ke panti asuhan dan membunuh rekannya.
"Kami sangat terpukul dengan kejadian penculikan ini. Situasinya masih terus berkembang dan sangat mengkhawatirkan," kata keluarga Heraty, dilansir AFP, Selasa (5/8/2025).
Simon Harris, Wakil Perdana Menteri Irlandia, turut menyampaikan keprihatinannya. "Penculikan terhadap Gena Heraty dan lainnya sangat mengkhawatirkan," ujarnya dalam sebuah pernyataan resmi, sembari mendesak agar mereka segera dibebaskan.
Wilayah pegunungan yang hijau dan curam tempat panti asuhan berdiri telah beberapa kali menjadi target serangan oleh geng bersenjata sejak Januari lalu. Serangan yang terjadi akhir pekan ini memaksa para petani lokal untuk meninggalkan rumah mereka.
Adapun serangan ini menambah daftar panjang penculikan profil tinggi terhadap warga asing di Haiti. Pada 2021, geng 400 Mawozo menculik 17 misionaris, termasuk lima anak-anak, dari sebuah organisasi asal AS di daerah Ganthier, sebelah timur Port-au-Prince. Sebagian besar dari mereka ditahan selama 61 hari.
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sedikitnya 175 orang di Haiti diculik antara April hingga akhir Juni tahun ini, dengan 37% kasus terjadi di Port-au-Prince. Mayoritas dari kasus tersebut dikaitkan dengan geng Grand Ravine dan Village de Dieu, yang juga merupakan bagian dari federasi Viv Ansanm.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger Tokoh Oposisi Mengaku Diculik & Diduga Disiksa Anak Presiden