
LEBIH dari 250 media dari sekitar 50 negara bergabung dalam inisiatif untuk mengecam pembunuhan jurnalis di Gaza oleh Israel. Aksi ini digagas oleh Reporters Without Borders (RSF) dan LSM Avaaz.
Sebagai bentuk protes, sejumlah media mencetak spanduk hitam di halaman depan surat kabar maupun beranda situs web mereka.
L'Humanite di Prancis, Publico di Portugal, dan La Libre di Belgia menampilkan pesan di halaman depan yang berbunyi. "Dengan tingkat pembunuhan jurnalis di Gaza oleh tentara Israel, sebentar lagi tidak akan ada lagi yang tersisa untuk memberi tahu Anda," katanya.
Kampanye ini berlangsung sepekan setelah serangan Israel menewaskan lima jurnalis di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, Jalur Gaza selatan.
"Organisasi-organisasi dan ruang redaksi ini mengecam kejahatan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap wartawan Palestina dengan impunitas penuh, menyerukan perlindungan dan evakuasi segera bagi mereka, serta menuntut akses independen bagi pers internasional ke wilayah kantong Palestina tersebut," kata RSF dalam pernyataan resminya seperti dikutip Middle East Eye, Senin (1/9).
RSF juga menyampaikan bahwa pihaknya telah mengajukan empat pengaduan ke Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) terkait dugaan kejahatan perang terhadap wartawan di Gaza selama 22 bulan terakhir.
Sejak awal perang, pers internasional tidak diberi kebebasan untuk meliput langsung di dalam wilayah Palestina. Hanya beberapa media yang diizinkan masuk bersama tentara Israel dan laporan mereka harus melalui sensor militer yang ketat.
Menurut data RSF, lebih dari 210 jurnalis telah tewas sejak dimulainya serangan Israel di Gaza. Sementara itu, serangan militer Israel secara keseluruhan telah menewaskan sedikitnya 63.459 orang di wilayah tersebut. (I-2)