Fenomena persaingan harga mulai terjadi di pasar otomotif Indonesia. Sejumlah pabrikan bersaing ketat melalui program pemangkasan harga, hingga paket insentif guna menyiasati kondisi yang tengah stagnan.
Terkait hal ini, Jap Ernando Demily selaku Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) mengomentarinya sebagai strategi dari masing-masing brand dalam berkompetisi.
Sementara menurutnya strategi Toyota dalam bersaing di pasar otomotif domestik adalah dengan menghadirkan pengalaman akuisisi kendaraan mulai dari pembelian hingga akhir masa pakai atau sampai dijual kembali.
”Kalau kami selalu percaya bahwa total ownership experience itu penting. Pada waktu orang Indonesia beli mobil itu apa sih yang dipikirin?” imbuh Jap.
Ia menambahkan, setidaknya terdapat lima pilar yang menjadi konsiderasi utama masyarakat Indonesia dalam membeli kendaraan. Mulai dari kualitas produk yang ditawarkan serta harga sesuai kemampuan.
Lebih lanjut, aspek utama lainnya meliputi konsumsi bahan bakar yang bisa dicapai, kemudahan dan biaya perawatan, ketersediaan suku cadang, dan harga jual kembali.
”Spare part-nya nggak perlu pusing. Semua sudah dirawat dengan baik. Sehingga, ketika mau dijual kembali harganya bisa tetap bagus,” katanya.
”Toyota percaya bahwa mayoritas masyarakat Indonesia itu masih membutuhkan total ownership experience. Tentunya dengan kualitas produk yang bisa kami sediakan,” pungkasnya.
Masing-masing merek memiliki strategi tersendiri agar bisa kompetitif di pasar. Namun, pabrikan berlogo tiga elips ini memaksimalkan pengalaman menyeluruh bagi konsumen, agar tercipta peace of mind saat memiliki kendaraan Toyota.
Komitmen Toyota dalam memastikan layanan purnajual optimal telah dimulai sejak era 1970-an. Kemudian secara perlahan membangun ikatan dan kepercayaan masyarakat.