Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyebut industri makanan dan minuman (mamin) sebagai salah satu sektor strategis dalam perekonomian nasional. Sejak Januari sampai April 2025, industri ini juga sudah mencatat kontribusi ekspor sebesar USD 14,66 miliar.
Meski demikian, impor juga masih mencatat impor sebesar USD 4,23 miliar. Menurut faisol, dengan angka ekspor-impor ini, industri mamin juga masih melanjutkan tren surplus neraca perdagangan dengan nilai mencapai USD 10,43 miliar.
“Berarti ini sangat positif buat perekonomian nasional kita,” kata Faisol dalam pembukaan Specialty Indonesia di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan pada Senin (4/8).
Terkait kontribusi, berdasarkan data BPS, Faisol menuturkan kontribusi industri tersebut pada kuartal pertama 2025 adalah 7,2 persen terhadap PDB nasional adalah 7,2 persen. Sementara kontribusi sektor industri itu terhadap PDB industri non migas mencapai 72,2 persen.
Selain itu, pada periode kuartal I 2025, sektor industri makanan minuman juga disebut Faisol sebagai sektor yang tumbuh dan diminati investor. Hal ini dapat dilihat dari realisasi investasi pada kurun waktu tersebut yang sudah mencapai Rp 22,64 triliun.
Investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar RP 9,03 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 13.6 triliun.
“Indonesia bisa memiliki keragaman sumber daya hayati yang melimpah, sangat penting bagi pembangunan industri pengolahan kapital. Potensi ini tentu harus dioptimalkan, memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun pasar global,” ujar Faisol.
Faisol juga mencatat pertumbuhan industri ini sampai kuartal pertama 2025 sudah mencapai 6,04 persen. Angka itu lebih tinggi dari periode sebelumnya yakni 2025 dengan 5,87 persen dan 2023 dengan 5,33 persen.
Selain itu, serapan tenaga kerja dari sektor ini juga tercatat terus meningkat. Pada tahun 2024 serapan tenaga kerja mencapai 6,27 juta orang. Angka tersebut lebih tinggi dari tahun 2023 dengan 5,74 juta orang dan tahun 2022 dengan 5,72 juta orang.