Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengandalkan beberapa program untuk menggenjot produktivitas kakao. Program tersebut di antaranya adalah doktor kakao dan ekstensifikasi lahan bekas tambang.
Untuk program doktor kakao, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menjelaskan program ini bekerja sama dengan PT Mars Symbioscience Indonesia melalui pelatihan SDM kakao berkelanjutan.
“Sudah dilatih kira-kira 450 doktor kakao. Menjangkau lebih dari 40 ribu petani kakao di seluruh Indonesia,” kata Faisol dalam pembukaan Specialty Indonesia di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan pada Senin (4/8).
Kemenperin juga mengandalkan program ekstensifikasi pemanfaatan lahan bekas tambang, perhutanan sosial, dan hutan tanaman industri untuk menggenjot produksi kakao. Hal ini ditargetkan bisa meningkatkan produktivitas kakao dari 0,2 ton per hektare per tahun menjadi 1,5 ton per hektare per tahun.
“Diproyeksikan dapat menambah produksi biji kakao hingga 450.000 ton di dalam 10 tahun,” ujarnya.
Selain itu, Kemenperin juga mendorong program penumbuhan industri cokelat artisan. Hal ini agar harga kakao bisa lebih kompetitif serta meningkatkan konsumsi cokelat. Dengan begitu, industri bisa terus bertambah.
“Pada tahun 2025, jumlah perusahaan cokelat artisan tercatat sebanyak 47 perusahaan, meningkat dari 31 perusahaan pada tahun 2023,” kata Faisol.
Terkait kakao, berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO) 2024, Indonesia menempati posisi ke-4 dunia sebagai produsen produk olahan kakao dan posisi ke‑7 sebagai produsen biji kakao.
Sementara dari segi ekspor, berdasarkan data BPS dan International Trade Statistics tahun 2024, nilai ekspor Industri pengolahan kakao mencapai USD 2,4 miliar dengan volume mencapai 304 ribu ton. Kakao tersebut diekspor ke 110 negara, diantaranya Amerika Serikat, India, China, dan Malaysia.
Selain kakao, Faisol juga mendorong penguatan industri kopi dan teh. Untuk kopi, Faisol menuturkan berdasarkan Economics of Coffee 2024, Indonesia menempati peringkat ke‑4 sebagai produsen kopi dunia.
Pada Tahun 2024, ekspor kopi olahan nasional mencapai USD 661 juta atau naik 4,39 persen dibandingkan 2023. Selain itu, 54 jenis kopi Indonesia juga telah memperoleh sertifikasi Indikasi Geografis (IG). Pada pameran bergengsi Specialty Coffee Expo 2025 di Amerika Serikat, kopi dari berbagai daerah di Nusantara juga telah mencatatkan potensi transaksi USD 30 juta.
Sementara untuk teh, Faisol menuturkan produksi teh Indonesia Tahun 2024 diperkirakan 124.041 ton dengan nilai ekspor mencapai 36.738 ton atau senilai USD 59,24 juta. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai ekspor teh terbesar 11, dengan pasar global sekitar 1,3 persen.
“Jadi saya kira ruang untuk produk komoditas kakao, kopi, dan teh di Indonesia di pasar global masih sangat besar. Dan ini harus diantarkan sebesar-besarnya oleh kita semua agar produksi komoditas kita semakin menambah hubungan kepada perekonomian nasional,” kata Faisol.