
Serangan Udara Israel menghantam sisi selatan Beirut, pada Kamis (5/6) malam. Dilansir reuters serangan ini bertepatan saat persiapan perayaan Idul Adha di Lebanon.
Setidaknya ada 10 serangan yang menghantam Beirut, seperti di kawasan Dahiyeh. 90 menit sebelum serangan, militer Israel memberikan peringatan evakuasi bagi warga sekitar.
"Serangan menargetkan infrastruktur bawah tanah Hizbullah untuk memproduksi drone, mereka sengaja mendirikan infrastruktur itu di tengah pemukiman sipil," kata militer Israel.
Mereka juga menuding bahwa tempat itu didanai Iran.
"Tempat itu diarahkan dan diproduksi oleh teroris Iran," sambung militer Israel.
Seorang sumber reuters, dari militer Lebanon, menyebut telah meninjau lokasi yang dituding sebagai tempat penyimpanan alat militer pada sebelum serangan terjadi. Mereka tak menemukan peralatan militer apa pun.

"Lalu, militer Israel menyiarkan peringatan itu. Kami masuk ke Dahiyeh, dan mencari peralatan militer untuk mencegah serangan, tapi peringatan Israel itu memblokade militer Lebanon untuk masuk," kata sumber itu.
Serangan itu mengakibatkan ribuan warga sipil berlarian, mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Kebanyakan lari ke rumah kerabat mereka, sementara yang lain bertahan di pinggir jalan.
Serangan juga terjadi di Ain Qana, tak lama setelah peringatan evakuasi diterbitkan di area tersebut.
Presiden Lebanon: Israel Langgar Gencatan Senjata
Presiden Lebanon, Joseph Aoun dan Perdana Menteri Nawaf Salam mengecam serangan tersebut. Mereka menyebut Israel sengaja melanggar perjanjian internasional.
Sejak gencatan senjata yang disepakati November 2024 itu, baik Israel dan Hizbullah saling menuding mereka tak patuh pada perjanjian gencatan senjata.
Militer Israel terus-terusan menyerang selatan Lebanon, dan tentara Israel masih menduduki 5 perbukitan di sana. Israel sudah menyerang Beirut 3 kali sejak gencatan senjata disepakati, setiap serangan itu, Israel berdalih membalas serangan roket yang diluncurkan dari Lebanon.
Hizbullah pun selalu menampik tudingan tersebut.