Upaya Surabaya memantaskan diri menyandang predikat 'Kota Layak Anak' di Ind0nesia bisa dilihat dari beberapa inisiatif. Salah satunya Pemkot Surabaya membangun fasilitas untuk Anak Berkebutuhan Khusus di Rumah Anak Prestasi (RAP). RAP sendiri merupakan sarana pendidikan alternatif untuk warga.
Salah satu fasilitator di RAP adalah Leo Arif Budiman. Leo sehari-hari melatih anak-anak penyandang disabilitas untuk belajar membatik dan seni fotografi.
Leo bercerita, anak-anak yang 'bersekolah' di RAP memiliki rasa antusias tinggi. “Membatik itu butuh ketenangan dan kesabaran dalam mengikuti irama garis motifnya. Ada beberapa dari mereka kesulitan mencerna itu. Kami bebaskan dahulu dengan teknik dasar melukis sesuai perasaan hatinya atau contoh gambar dari internet dan mengenalkan mereka dengan peralatannya, seperti canting dan lukis,” ujarnya.
Leo optimis program ini bisa mengeksplor kemampuan anak-anak penyandang disabilitas. "Penggalian kreativitas dan motorik masih menjadi kendala saat pendampingan dan itu perlu pendalaman. Berbeda halnya dengan anak bisu tuli mereka lebih kreatif dengan melihat contoh gambar meskipun sering salah mengerti dalam berkomunikasi. Dan anak-anak itu sangat gembira kalau gambarnya sudah jadi kemudian keliling untuk sekedar pamer ke teman atau orang di sekitarnya,” imbuhnya.
Salah satu 'murid' di RPA adalah Muhammad Aqsa, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya Jurusan Desain Grafis. Aqsa mengatakan, meski sudah jenjang mahasiswa tapi dia sangat senang mengikuti pelatihan membatik dengan menggunakan kuas lukis. Tingkat kerumitan yang dirasakannya berbeda saat mengerjakan tugas kampus menggunakan computer.
“Saya sudah 1 tahun mengikuti kegiatan disini dan suka untuk membatik, menggambar bunga dengan warna-warna terang, seperti bunga matahari yang indah dan bagus. Di kampus saya juga didampingi oleh dosen membuat gambar atau logo pakai laptop, tapi membatik lebih sulit,” ujar mahasiswa tunarungu dan tunawicara ini.
Selain Aqsa, keberadaan RPA juga dirasakan oleh Susy Rejeki, orang tua Rangga Kartika Putra yang juga mengikuti pelatihan membatik di Rumah Anak Prestasi Nginden Surabaya.
Susy mengatakan, ia senang karena kini putranya bisa konsisten membatik sejak SMA. "Rangga ini tidak pernah mau bolos kelas membatik. Pokoknya merayu untuk datang kalau udah jadwalnya kelas,” ujarnya saat menunggu bersama orang tua lainnya. (Dipta Wahyu)