Polresta Sleman memeriksa penyedia Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diduga menjadi sumber keracunan massal siswa dari tiga SMP di Kecamatan Mlati, Sleman. Polisi juga mengambil sejumlah sampel makanan, termasuk bumbu masakan dan muntahan korban, untuk diuji di laboratorium.
Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setianto Erning Wibowo, mengatakan pemeriksaan dilakukan bersama Dinas Kesehatan dan laboratorium di Semarang.
“Kita baru interogasi. Diambil uji, sekarang diperiksa Dinas Kesehatan sama lab kita di Semarang,” ujarnya saat ditemui awak media di Lapangan Pemkab Sleman, Kamis (14/8).
Hasil uji laboratorium saat ini masih ditunggu. Berdasarkan pengalaman kasus sebelumnya, proses ini bisa memakan waktu hingga satu bulan. “Kalau hasil yang seperti beberapa waktu yang lalu kan lama sekitar satu bulan,” kata Edy.
Sebagai langkah sementara, operasional penyedia MBG untuk tiga SMP terdampak dihentikan, namun layanan bagi SD yang menggunakan penyedia yang sama masih berjalan.
“Sejak kemarin kita koordinasi dengan BGN untuk operasional khusus di tiga sekolah SMP itu di-stop dulu. Tapi untuk SD tetap beroperasi,” jelasnya. Keputusan selanjutnya akan bergantung pada hasil pemeriksaan.
Data terakhir mencatat 19 siswa masih dirawat di RSUD Sleman dan 3 siswa di RSA UGM pada Rabu (13/8) malam. “Kondisinya baik. Mungkin tadi malam juga atau pagi ini sudah ada yang pulang,” kata Edy.
Polisi juga membuka kemungkinan proses hukum jika ditemukan kelalaian atau kesengajaan dalam kasus ini.
Sementara itu, Komandan Kodim 0732/Sleman, Letkol Inf Yusuf Prasetyo, menambahkan pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemkab Sleman terkait evaluasi kasus. “Nanti kita komunikasikan dengan pemerintah daerah karena ini tidak bisa lepas dari pemerintah daerah juga,” ujarnya.
Sebelumnya, sebanyak 178 siswa dari SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, dan SMP Pamungkas diduga mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Sebanyak 15 siswa di antaranya sempat dirujuk ke RSUD Sleman pada Rabu (13/8).