Perempuan masih menghadapi tantangan nyata di dunia kerja, khususnya di industri keuangan yang kompetitif. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan masih menghadapi tantangan nyata di dunia kerja, khususnya di industri keuangan yang kompetitif. Berdasarkan data BPS tahun 2024, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja Indonesia pada 2023 tercatat 55 persen, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 85 persen.
Bahkan, menurut SDG Global Database tahun 2022, hanya 32 persen perempuan menduduki posisi manajerial. Komisaris Independen OCBC, Betti Alisjahbana, menekankan pentingnya mematahkan stigma ini.
“Dalam menghadapi stigma berbasis gender, saya memilih untuk tetap fokus berkarya dan membuktikan diri lewat dedikasi, prestasi, dan integritas. Kepemimpinan perempuan tidak perlu menjadi pengecualian, melainkan bagian dari budaya profesional yang kita bangun bersama,” ujarnya di Jakarta, Kamis (14/8/2025).
Betti menjelaskan, OCBC meyakini ruang kerja yang adil gender akan memberikan kesempatan setara bagi semua karyawan. Perusahaan mendukung hal ini melalui kebijakan, program pengembangan di semua level, serta fasilitas yang ramah bagi seluruh staf. OCBC juga memastikan keseimbangan persentase di posisi manajemen strategis untuk menciptakan lingkungan inklusif yang mampu memaksimalkan potensi setiap individu.
Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Yuliawati, mengatakan bias gender termasuk persepsi bahwa pekerjaan rumah sepenuhnya tanggung jawab perempuan, masih menjadi hambatan utama. “UN Women berkolaborasi dengan sektor swasta untuk mengintegrasikan Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Perempuan (WEPs), sehingga mendorong kebijakan tempat kerja ramah keluarga, sebagai salah satu cara meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan,” ujarnya.
Koordinator Nasional Aliansi Laki-laki Baru, Wawan Suwandi, menekankan pentingnya kolaborasi antara laki-laki dan perempuan di rumah dan di tempat kerja untuk mencapai kesetaraan sejati. Kampanye OCBC #BaiknyaBarengBareng 2025 berhasil mendorong inklusi gender di dunia kerja dan masyarakat luas. Hingga Juli 2025, kampanye ini mencatat 117.194 keterlibatan, menjangkau 1.822.152 orang, dan memperoleh 2.695.786 impresi di berbagai kanal komunikasi.