Saudara pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un, Kim Yo-jong, mengatakan usaha perdamaian yang ditawarkan Korsel hanya angan-angan belaka. Dia juga membantah klaim militer Korsel yang menyebut Korut telah menyingkirkan pengeras suara propaganda di perbatasan.
"Kami telah beberapa kali mengklarifikasi bahwa kami tidak punya keinginan untuk memperbaiki hubungan dengan Korsel, dan pendirian serta sudut pandang ini akan ditetapkan dalam konstitusi kami di masa depan," kata Kim Yo-jong dalam pernyataannya, dikutip dari Korea Herald, Kamis (14/8).
Korsel di bawah pemerintahan Presiden Lee Jae-myung telah membuat sejumlah usaha untuk memperbaiki hubungan dengan Korut. Di antaranya dengan menyingkirkan siaran propaganda di wilayah perbatasan dan penyesuaian latihan militer gabungan musim panas dengan AS.
Militer Korsel bahkan menyebut Korut telah menyingkirkan sejumlah pengeras suara di perbatasan sebagai respons atas tindakan Seoul. Dalam rapat kabinet pada awal minggu ini, Lee juga menyebut Korut membongkar pengeras suara, berharap langkah timbal balik ini akan membuka pintu bagi dialog antar-Korea.
Namun, pernyataan Korsel itu dibantah oleh Kim Yo-jong.
"Ini adalah dugaan sepihak yang tak berdasar dan merupakan pengalihan isu. Kami tidak pernah menyingkirkan pengeras suara yang dipasang di wilayah perbatasan dan tidak berniat menyingkirkannya," tegasnya.
Kim Yo-jong juga memperingatkan bahwa penyesuaian terhadap latihan militer gabungan Ulchi Freedom Shield yang akan datang tidak pantas dipuji dan sia-sia. Diketahui, Seoul menunda hampir setengah dari 40 latihan yang awalnya dijadwalkan pada 18-28 Agustus ke bulan depan, yang tampaknya bagian dari upaya meredakan ketegangan dengan Korut.
Menurut Kim Yo-jong, Korsel melakukan perhitungan yang bodoh karena berharap Korut akan merespons tindakan rekonsiliasinya. Dia bahkan menuduh Seoul sebenarnya mencoba mengalihkan tanggung jawab atas meningkatnya ketegangan kedua Korea dan ingin mendapatkan hubungan internasional.
"Trik semacam itu hanyalah angan-angan belaka, dan sama sekali tidak membangkitkan minat kami," tuturnya.
"Terlepas dari apakah Korsel telah menyingkirkan pengeras suara atau tidak, menghentikan siaran [propaganda] atau tidak, menunda latihan militer atau tidak dan menguranginya atau tidak, kami tidak peduli dan tidak tertarik," tegasnya.
Kim Yo-jong kembali menegaskan Korut tidak tertarik melanjutkan dialog dengan AS selama fokusnya masih pada usaha denuklirisasi.
"Hubungan pribadi khusus antara pemimpin Korut dan AS tidak akan tercermin dalam kebijakan itu dan jika AS tetap mempertahankan cara pikirnya yang ketinggalan zaman, pertemuan antara kedua pemimpin hanya akan jadi harapan pihak AS," ujarnya.
Kim Yo-jong juga membantah spekulasi bahwa pesan dari Korut dapat disampaikan ke Presiden AS Donald Trump lewat Presiden Rusia Vladimir Putin, ketika keduanya bertemu di Alaska pada Jumat (15/8) untuk membicarakan bagaimana mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
"Mengapa kami harus mengirim pesan ke pihak AS? Kami tidak ada hubungannya dengan AS," pungkasnya.