Seorang wanita melakukan protes di luar Kedutaan Besar Mesir di Beirut, Lebanon, Rabu, 23 Juli 2025, mengecam kelaparan warga sipil di Jalur Gaza akibat blokade Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Organisasi kemanusiaan PBB menyerukan tindakan segera setelah sumber medis di Jalur Gaza mengumumkan kematian lebih dari 100 anak akibat kekurangan gizi sejak awal perang pada Oktober 2023. Sementara lima warga Gaza termasuk dua anak-anak kembali meninggal kelaparan, kemarin.
"Ini sebuah tonggak sejarah yang sangat buruk yang menodai reputasi dunia dan memerlukan tindakan segera yang sudah lama tertunda," tulis pernyataan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA), dilansir kantor berita WAFA, Selasa.
Program Pangan Dunia (WFP) mengindikasikan bahwa lebih dari 300.000 anak-anak di Gaza berada pada risiko yang parah, dan lebih dari sepertiga penduduknya dilaporkan tidak mendapat makanan selama berhari-hari.
Laporan tersebut menegaskan bahwa memenuhi kebutuhan pangan memerlukan lebih dari 62.000 ton per bulan, sementara jumlah yang diperbolehkan masuk masih jauh di bawah jumlah minimum yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sekitar dua juta orang.
OCHA menambahkan bahwa PBB dan mitranya berhasil membawa makanan, bahan bakar, dan pasokan terbatas melalui penyeberangan Kerem Shalom pada Ahad, namun kiriman tersebut diturunkan sebelum mencapai tujuannya.
Menurut laporan tersebut, pihak berwenang Israel mengizinkan masuknya sekitar 150.000 liter bahan bakar per hari, jauh lebih sedikit dari yang diperlukan untuk menjamin kelanjutan operasi penyelamatan jiwa. Lebih dari separuh ambulans Gaza dilaporkan berhenti beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan suku cadang.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperingatkan bahwa hanya 1,5 persen lahan pertanian di Jalur Gaza yang masih cocok untuk pertanian, hal ini menunjukkan hampir terjadinya keruntuhan sistem pangan lokal.