Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Industri Hasil Tembakau (IHT) mempunyai kontribusi besar terhadap penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengatakan pada periode 2022 hingga semester I 2025, nilai investasi Industri Hasil Tembakau mencapai Rp 5,2 triliun.
"Penciptaan lapangan kerja langsung sekitar 5.000 orang," kata Faisol dalam pembukaan Specialty Indonesia di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan pada Senin (4/8).
Faisol mengatakan IHT juga dianggap sebagai industri yang telah menjalankan proses hilirisasi secara menyeluruh dengan rantai pasok terintegrasi dari hulu hingga hilir.
"Hampir seluruh produksinya menggunakan bahan baku dari sumber daya alam dalam negeri," katanya.
Kemenperin mencatat saat ini 99,65 persen produksi tembakau sebesar 234.139 ton diproduksi dari perkebunan rakyat dan 99,18 persen cengkeh atau 137.568 ton juga diproduksi perkebunan rakyat.
Menurut Faisol, nilai ekspor Industri Hasil Tembakau (IHT) cenderung terus mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2024, nilai ekspornya mencapai USD 1,85 miliar.
Jika diurutkan sejak tahun 2020 dengan nilai ekspor USD 0,95 miliar, nilai ekspor cenderung terus naik meski sempat turun di 2021 dengan nilai USD 0,93 miliar. Di tahun 2022, nilai ekspor terus naik dengan USD 1,22 miliar dan di tahun 2023 nilai ekspor kembali naik dengan USD 1,52 miliar.
“Ekspornya juga mengalami peningkatan menjadi USD 1,8 miliar pada tahun 2024 dengan tujuan utama Filipina, Amerika Serikat, Kamboja, Singapura, dan Jepang,” katanya.