REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran surah Ibrahim ayat 5, Allah SWT menegaskan bahwa semua hari adalah milik-Nya. “Wa dzakkirhum bi ayyaamillahi.” Artinya, “Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.”
Sekalipun maknanya adalah nikmat-nikmat-Nya atau kejadian-kejadian yang terjadi di dalamnya, penggunaan kata ayyam (hari-hari) setidaknya membuat kita paham bahwa semua hari berada dalam kekuasaan Allah. Ditambah lagi, bentuk kata tersebut adalah mudhaf-mudhafilaihi. Ini berarti suatu penisbahan yang langsung kepada Allah, ayyamullahi, sehingga tergambar betapa betapa sucinya. Maka, sungguh celaka manusia yang menodai kesuciannya.
“Biyadihil mulk,” di tangan-Nya-lah semua kerajaan. Di tangan-Nya-lah semua hari. Di antara hari-hari itu, ada yang Allah jadikan sebagai panglimanya. Istilahnya, “sayyidul ayyam.” Hari yang dimaksud adalah Jumat.
Karenanya, Allah menurunkan surah al-Jumu’ah (hari Jumat) sebagai bukti keagungannya. Pada hari Jumat, ada tuntunan bagi kaum Muslimin agar memperbanyak amal ibadah. Di antaranya ialah membaca surah al-Kahfi dan mengucapkan shalawat kepada Rasulullah SAW.
Intinya, semua hari dapat diibaratkan sebagai lembaran putih yang belum ada isinya. Maka, kitalah manusia yang mengisinya. Imam Hasan al-Bashri menceritakan bahwa pada setiap pergantian hari, ada panggilan, tetapi kita sering tidak mendengarnya. “Ayyuhan naas ana yawmun jadid, wa ana ‘alaa amalaka syahid. wa lan a’uda ilaa yawmil qiyaamah.” Wahai manusia, aku hari yang baru, aku merekam semua perbuatanmu, dan aku tidak akan kembali sampai hari kiamat.
Ini menunjukkan bahwa satu hari itu seperti satu lembar dari usia kita. Tiap orang mengisinya dengan perbuatan yang dilakukannya masing-masing. Jika perbuatan itu baik, yang terekam adalah kebaikan. “Famayya’mal mitsqaala dzarratin khairayyarah.”
Sebaliknya, jika itu buruk, yang terekam adalah keburukan pula. “Wamayya’mal mitsqaala dzarratin syarrayyarah.” Demikian firman Allah dalam surah al-Zalzalah ayat 7-8. Dan, kelak pada hari kiamat lembaran itu akan terkumpul menjadi buku amal.
Karena itu, Allah Ta’ala memerintahkan kita agar selalu beramal. Dalam surah at-Taubah ayat 105, Dia berfirman, “Wa quli’maluu fasayarallahu ‘amalakum wa rasuuluh.” Artinya, “Sampaikan, Muhammad, beramal-lah, Allah dan Rasul-Nya hanya akan menilai apa yang kamu amalkan.”
sumber : Hikmah Republika oleh Dr Amir Faishol Fath