Wall Street Ditutup Menguat, Investor Yakin The Fed Pangkas Suku Bunga

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Selasa (12/8), setelah kabar mengenai inflasi Juli naik secara umum sesuai ekspektasi. Hal tersebut memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga bulan depan.

Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 483,52 poin atau 1,10 persen menjadi 44.458,61. S&P 500 (.SPX) menguat 72,31 poin atau 1,13 persen menjadi 6.445,76, sementara Nasdaq Composite (.IXIC) melonjak 296,50 poin atau 1,39 persen menjadi 21.681,90.

Departemen Tenaga Kerja AS menyatakan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,2 persen secara bulanan pada Juli, sementara inflasi tahunan sedikit di bawah perkiraan, memicu seruan dari Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan suku bunga.

Saham Alphabet (GOOGL.O) naik 1,2 persen setelah Perplexity mengajukan penawaran tunai senilai USD 34,5 miliar untuk membeli peramban Chrome milik perusahaan tersebut. Saham Intel Corp (INTC.O) melonjak 5,6 persen setelah Trump mengatakan dirinya bertemu dengan CEO Lip-Bu Tan pada Senin (11/8), memuji Tan dan menyebut pertemuan itu “sangat menarik.”

Pekan lalu, Trump menuntut pengunduran diri Tan secara langsung, menudingnya “sangat memiliki konflik kepentingan” terkait hubungan dengan perusahaan-perusahaan China.

Kualitas data ekonomi masih menjadi perhatian, beberapa minggu setelah Trump memecat kepala Biro Statistik Tenaga Kerja menyusul revisi turun pada data nonfarm payrolls bulan-bulan sebelumnya. Pasar kini memantau perkembangan terkait calon komisaris biro yang diajukan Trump, E.J. Antoni, serta kandidat potensial untuk posisi puncak di The Fed.

“Proses ini masih pada tahap awal, dan tepat saat The Fed mulai memangkas suku bunga di musim gugur, data inflasi kemungkinan akan mulai mencatat dampak langsung kenaikan harga akibat tarif, yang akan mempersulit keputusan pemangkasan suku bunga,” kata John Velis, ahli strategi makro di BNY.

Sedikit kelegaan datang setelah AS dan China memperpanjang gencatan dagang hingga 10 November, sehingga terhindar dari tarif tiga digit terhadap barang masing-masing.

Saham-saham AS telah menguat dalam beberapa pekan terakhir didorong oleh kinerja positif sektor teknologi, meredanya ketegangan dagang, dan meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga. Data BofA Global Research menunjukkan aliran dana masuk ke saham AS pekan lalu adalah yang terbesar dalam dua tahun terakhir.

Indeks Russell 2000, yang melacak perusahaan berkapitalisasi kecil, naik hampir 3 persen. Indeks yang memantau saham maskapai melonjak 8,87 persen, kenaikan satu hari terbesar dalam lebih dari sebulan setelah data menunjukkan tarif penerbangan naik 4 persen pada Juli.

Saham perbankan juga menguat, dengan indeks S&P 500 Banks naik 2,1 persen, karena analis menilai kurva imbal hasil yang semakin curam dapat membantu laba bank melalui strategi meminjam murah dan meminjamkan dengan suku bunga lebih tinggi.

Saham Cardinal Health anjlok 7 persen setelah distributor obat itu mengumumkan akan membeli perusahaan manajemen kesehatan Solaris senilai USD 1,9 miliar.

Jumlah saham yang naik mengungguli yang turun dengan rasio 4,26 banding 1 di NYSE. Ada 484 saham mencetak level tertinggi baru dan 60 mencatat level terendah baru di NYSE.

Sementara jumlah saham Nasdaq menguat melebihi yang melemah dengan rasio 2,69 banding 1. S&P 500 mencatat 27 titik tertinggi baru dalam 52 pekan terakhir dan 12 titik terendah, sementara Nasdaq Composite membukukan 104 titik tertinggi baru dan 96 titik terendah.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 16,40 miliar saham, dibandingkan rata-rata 18,3 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.