REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ujian kehidupan tak hanya menimpa mereka yang serba kekurangan dan papa. Pada hakikatnya, orang-orang yang bergelimang harta pun menerima ujian dari Allah SWT.
Ujian bagi mereka mungkin tidak berupa kekurangan, melainkan kelapangan yang dimiliki. Dan, ada orang kaya yang sukses melewati ujian tersebut lantaran mampu memanfaatkan hartanya demi kemaslahatan umat dan agama.
Namun, tak sedikit pula yang gagal karena terlena. Pada akhirnya, harta yang seharusnya menjadi jalan keberkahan dan kebahagiaan hidup justru berubah menjadi malapetaka.
Alquran menegaskan, harta dan anak keturunan pada hakikatnya adalah cobaan. Keduanya merupakan titipan. Allah SWT akan menuntut tanggung jawab besar dari mereka yang mendapatkannya selama di dunia.
Bila seorang hamba Allah tak berhati-hati, cinta berlebihan terhadap harta dan anak dapat menyeret pada kelalaian. Bahkan, mereka mungkin saja terjerumus jauh hingga tak segan melanggar hukum agama.
Allah SWT berfirman dalam Alquran:
اِنَّمَاۤ اَمۡوَالُـكُمۡ وَاَوۡلَادُكُمۡ فِتۡنَةٌ ؕ وَاللّٰهُ عِنۡدَهٗۤ اَجۡرٌ عَظِيۡمٌ
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar" (QS at-Taghabun: 15)
Memiliki harta banyak berarti menanggung ujian yang lebih besar. Bila harta digunakan untuk mencari keridhaan Allah, ia akan menjadi penyelamat di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bila digunakan untuk maksiat, harta itu akan menjadi sumber bencana.
كَلَّاۤ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَيَطۡغٰٓىۙ
اَنۡ رَّاٰهُ اسۡتَغۡنٰىؕ
"Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup" (QS al-Alaq: 6-7).
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadis, "Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat ada cobaan, dan cobaan umatku (yang paling berat) adalah harta” (HR Ahmad).
Jika seorang Mukmin mampu mengendalikan diri, tidak berlebihan mencintai harta dan anaknya, serta menempatkan cintanya kepada Allah di atas segalanya, maka ia akan meraih pahala besar dan berlipat ganda. Inilah kunci untuk lulus dari ujian yang senantiasa mengiringi kehidupan manusia, baik dalam kekurangan maupun kelapangan.