PT Pertamina (Persero) menjalin kerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terkait pengelolaan sumur tua di wilayah Sumatra Selatan (Sumsel).
Penandatanganan kontrak perjanjian pengelolaan sumur tua dilakukan antara PT Pertamina EP dengan PT Petro Muba (Perseroda) yang disaksikan oleh Kepala SKK Migas Djoko Siswanto.
Kerja sama tersebut mencakup pengelolaan 490 sumur tua di wilayah Musi Banyuasin, Sumsel, yang ditargetkan dapat memproduksi minyak mentah 2.000 barel per hari mulai pekan depan.
"Melalui kerja sama antara Pertamina EP dan BUMD Petro Muba diharapkan mulai minggu depan sumur berproduksi dan mengalir minyak sampai dengan 2.000 barel minyak per hari (BOPD) dari 490 sumur," kata manajemen SKK Migas dalam keterangannya, dikutip Rabu (13/8).
SKK Migas menyebutkan, kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari implementasi Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 14 Tahun 2025 tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja (WK) Untuk Peningkatan Produksi Migas.
Salah satu muatannya yaitu penanganan terhadap sumur minyak masyarakat untuk mengurangi dampak lingkungan, isu keselamatan dan sosial kemasyarakatan serta meningkatkan produksi minyak dan penerimaan negara.
Berdasarkan laman resminya, PT Petro Muba (Perseroda) merupakan BUMD Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, yang didirikan berdasarkan Perda Nomor 24 tahun 2000 Tentang Pembentukan Perusahaan daerah Minyak dan Gas bumi yang direvisi dengan Perda Nomor 11 tahun 2005.
BUMD tersebut fokus pada pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam minyak dan gas bumi serta berbagai upaya untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan pendapatan asli daerah.
Sebelumnya, Kementerian ESDM membuka peluang implementasi program sumur rakyat akan diprioritaskan di wilayah Sumsel. Sumur rakyat tersebut bisa dikelola oleh BUMD, koperasi, hingga UMKM setempat.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menyebutkan pemerintah sudah mengidentifikasi sekitar 33.000 sumur rakyat yang tersebar di beberapa provinsi.
"Sumur rakyat itu lagi diidentifikasikan, sudah ada 33.000 yang kita identifikasi lebih kurang. Jadi, untuk ini mana yang bisa jalan lebih dulu," katanya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (8/8).
Yuliot menyebutkan, pemerintah tidak akan menunggu seluruh data inventarisasi sumur rakyat rampung baru menjalankan program ini, sebab bergantung pada kesiapan dari pihak pemerintah daerah (Pemda) serta badan usahanya masing-masing.
Dia pun membuka kemungkinan kerja sama sumur rakyat yang produksi minyak mentahnya akan dibeli oleh PT Pertamina (Persero) pertama kali akan dilakukan di Sumatera Selatan.
"Ya, ini mungkin Sumatra Selatan lebih dulu," ungkap Yuliot.