REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Saat Rasulullah SAW mengizinkan para sahabat hijrah ke Madinah, Shuhaib Al Rumi bertekad untuk menyusulnya. Namun, kaum Quraisy selalu memperhatikan gerak gerik Shuhaib sehingga mempersulitnya untuk menyusul hijrah Rasulullah.
Ketika para sahabat yang lain sudah menyusul ke Madinah, Shuhaib masih berada di Makkah. Pengawasan kepadanya sangat ketat dan selalu dihalang-halangi. Padahal, Shuhaib telah menyiapkan emas dan perak yang dikumpulkannya selama ini dari hasil bekerja di Makkah.
Kesempatan muncul di suatu malam yang dingin. Saat itu, dia pura-pura untuk ke jamban dengan alasan sakit perut. Namun, dia tidak langsung kabur melainkan berulang-ulang kali ke jamban untuk meyakini kaum Quraisy yang menjaganya bahwa dia memang sakit perut dan tak hendak kabur.
Saat kaum Quraisy lengah, barulah dia ambil kesempatan ini untuk kabur ke Madinah. Namun, belum jauh Shuhaib berjalan, para penjaganya sadar bahwa dia sudah kabur. Mereka pun memacu kudanya dengan cepat untuk mengejar Shuhaib.
Shuhaib sadar bahwa dia dikejar. Lalu, dia bersembunyi ke tempat yang tinggi. Diambilnya panah dan busur lalu berkata kepada para pengejarnya.
"Hai, kaum Quraisy! Kalian tahu saya ini adalah pemanah paling jitu. Demi Allah! kalian tidak akan mendekati saya hingga setiap anak panahku habis membunuh kalian satu per satu. Kemudian saya akan menggunakan pedang saya satu-satunya untuk membunuh kalian!".