Skema Investasi Danantara Rp 130 T untuk Program 3 Juta Rumah Masih Digodok

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat pada Jumat (20/6). Foto: Argya Maheswara/kumparan

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait memastikan bentuk dukungan Danantara terhadap program 3 juta rumah ada dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Meski demikian saat ini skema dukungan masih didiskusikan.

Sebelumnya Danantara menyatakan akan mendukung program 3 juta rumah melalui Himpunan Bank Negara (Himbara).

“Jelas itu program KUR, kredit usaha rakyat. Bagaimana dialokasikan Rp 130 triliun untuk sektor perumahan. Mengenai skemanya, mengenai persyaratannya, mengenai detailnya, mengenai waktunya, sekarang tim kami membahas,” kata menteri yang akrab disapa Ara itu di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat pada Jumat (20/6).

Nantinya Ara akan mendapat laporan hasil diskusi mengenai skema dukungan tersebut dari timnya pada pekan depan.

“Karena itu harus dipersiapkan secara detail ya semuanya. Nanti pada waktunya saya akan jelaskan,” ujarnya.

Sebelummya, pada Jumat (20/6) BP Tapera juga telah mengadakan rapat pertama membahas skema dukungan bersama Danantara di Menara Mandiri, Jakarta Selatan. Komisioner BP Tapera Heru Pudyo Nugroho juga menjelaskan untuk membahas skema lanjutan telah dibentuk kelompok kerja yang berisi Danantara, BP Tapera, Kementerian PKP serta Komite KUR Kemenko Perekonomian.

“Ya untuk mengaktualisasikan apakah KUR ini yang nanti akan sebaiknya di shifting ke sektor perumahan bisa untuk mendukung dari sisi supplynya, bentuknya akan seperti apa atau dukungan juga dari sisi demand ya,” kata Heru.

Heru masih mendiskusikan lebih lanjut apakah KUR tersebut digunakan untuk mendukung sisi pasokan atau sisi permintaan sektor perumahan. Selain untuk perumahan konsumsi, KUR ini menurut Heru juga nantinya dapat direncanakan untuk dapat diakses oleh sektor-sektor perumahan produktif dalam berbagai bentuk.

“Jadi KUR untuk homestay, untuk kos-kosan, untuk penggunaan kontrakan, itu dari sisi produktif tuh. Nah kalau dari sisi demand, yang sifatnya tadi yang mungkin konsumtif, ini perlu kita pikirkan formatnya akan seperti apa ya,” ujarnya.