Warga Palestina mengumpulkan paket bantuan kemanusiaan dari Uni Emirat Arab yang diterjunkan dari udara ke Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, Sabtu, 9 Agustus 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Irlandia menyatakan kekhawatiran mendalam atas bencana kemanusiaan dan tindakan genosida di Gaza, Palestina yang terkepung. Menlu Irlandia juga menegaskan kembali tuntutan Irlandia untuk menangguhkan Perjanjian Asosiasi Uni Eropa-Israel.
Taniste Irlandia, Simon Harris menuntut upaya mendesak untuk mengamankan gencatan senjata, meningkatkan bantuan kemanusiaan, dan pembebasan tawanan di Gaza. Tetapi Harris menambahkan bahwa Israel justru bergerak ke arah yang berlawanan.
"Jika Israel melanjutkan pendudukan yang direncanakannya di Kota Gaza, itu akan berarti lebih banyak pertumpahan darah, lebih banyak korban jiwa, lebih banyak kelaparan, dan semakin jauhnya harapan perdamaian. Rencana terbaru (Israel menjajah penuh Gaza) tidak boleh dilanjutkan," tegasnya, dikutip dari laman TRT Global, Selasa (12/8).
Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyangkal pengepungan mematikan yang dilakukan Israel dan krisis kemanusiaan di Gaza, sehari setelah mengumumkan Australia akan mengakui negara Palestina untuk pertama kalinya.
Albanese mengatakan keengganan pemerintah Netanyahu untuk mendengarkan sekutu-sekutunya turut mendorong keputusan Australia untuk mengakui negara Palestina.
"Beliau (Netanyahu) kembali menegaskan kepada saya apa yang telah beliau katakan di depan umum, yaitu menyangkal konsekuensi yang menimpa orang-orang tak bersalah," ujar Albanese dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah ABC, menceritakan percakapan teleponnya dengan Netanyahu pada hari Kamis yang membahas masalah tersebut.
Israel Terus Bunuh Warga Sipil dan Anak-anak Gaza
Setidaknya 48 warga Palestina, 11 di antaranya anak-anak, wafat ketika Israel melancarkan gelombang serangan udara terbaru di Gaza yang dilanda perang, ungkap sumber medis kepada Anadolu.
Menurut petugas medis, ketujuh anggota keluarga Palestina wafat ketika Israel menyerang sebuah rumah di Khan Younis, Gaza selatan.