Total dana yang ditarik senilai USD 2 triliun atau sekitar Rp 32,578 kuadriliun (kurs Rp 16.289), yang merupakan dana investasi terbesar di dunia. Dana itu tersebar di berbagai perusahaan di Israel.
Mengutip dari Reuters, Selasa (12/8), pihak Norwegia mengumumkan penghentian kontrak dengan manajer aset eksternal yang mengelola sebagian investasi Israel, serta telah menjual sebagian portofolionya di negara itu akibat memburuknya krisis kemanusiaan di Gaza.
Tinjauan ini dimulai pekan lalu setelah laporan media menyebut dana tersebut membangun kepemilikan sedikit di atas 2 persen di sebuah perusahaan mesin jet Israel yang menyediakan layanan bagi angkatan bersenjata Israel, termasuk pemeliharaan jet tempur. Kepemilikan di perusahaan tersebut, Bet Shemesh Engines Ltd (BSEL), kini telah dijual. Meski begitu, perusahaan tersebut belum menanggapi permintaan komentar.
Norges Bank Investment Management (NBIM), unit bank sentral Norwegia yang mengelola dana ini, per 30 Juni memegang saham di 61 perusahaan Israel. Dalam beberapa hari terakhir, NBIM telah melepas saham di 11 perusahaan, termasuk BSEL, meski tidak menyebutkan nama perusahaan lainnya.
“Kami memperkirakan akan melepas kepemilikan di lebih banyak perusahaan,” kata CEO NBIM, Nicolai Tangen, dalam konferensi pers pada Selasa (12/8).
Nicolai mengatakan dana tersebut mulai berinvestasi di BSEL pada November 2023, sekitar satu bulan setelah perang di Gaza dimulai, melalui manajer investasi eksternal yang tidak disebutkan namanya. Sejak saat itu, NBIM mengadakan pertemuan triwulanan dengan Bet Shemesh Holdings, namun perang di Gaza tidak pernah menjadi topik pembahasan.
“Kami berdiskusi tentang bisnis mereka di Amerika Serikat, bukan tentang perang di Gaza,” ujar Tangen. Ia pun menambahkan bahwa BSEL awalnya dinilai sebagai saham 'risiko menengah' terkait isu etika.
Pada Mei, BSEL kemudian dikategorikan sebagai saham berisiko tinggi. Perubahan itu seharusnya bisa dilakukan lebih cepat, kata Tangen, sambil menambahkan bahwa NBIM seharusnya memiliki pengawasan yang lebih ketat atas investasi tersebut sejak awal.
“Kami seharusnya lebih cepat mengambil kembali kendali atas investasi kami di Israel,” tegasnya.
Dana tersebut, yang menginvestasikan pendapatan negara Norwegia dari produksi minyak dan gas, merupakan salah satu investor terbesar di dunia dengan kepemilikan rata-rata 1,5 persen dari seluruh saham yang diperdagangkan di bursa global. Dana ini juga berinvestasi di obligasi, properti, dan proyek energi terbarukan.
Dana tersebut membukukan laba sebesar 698 miliar crown Norwegia atau sekitar USD 68,28 miliar untuk paruh pertama tahun ini, dengan imbal hasil keseluruhan 5,7 persen yang sejalan dengan indeks acuannya.
“Hasil ini didorong oleh tingginya imbal hasil pasar saham, khususnya di sektor keuangan...