
Bank Negara Indonesia (BNI) menginisiasi program Pendampingan Batik Berkelanjutan berkolaborasi dengan Center for Entrepreneurship, Change, and Third Sector (CECT) Sustainability Universitas Trisakti dan Komunitas Kampung Batik Giriloyo, Bantul, Yogyakarta.
Kegiatan itu berfokus pada transisi penggunaan malam sawit berbasis stearin sebagai bahan baku yang lebih ramah lingkungan. Stearin diyakini lebih hijau karena malam berbahan dasar parafin yang sebelumnya lazim digunakan berasal dari minyak bumi, sumber tak terbarukan.
Penggunaan malam sawit dalam proses membatik sebelumnya telah diterapkan di Kampung Batik Laweyan, Surakarta, sejak 2022melalui kerja sama dengan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Kini, program tersebut juga diimplementasikan di Kampung Batik Giriloyo.
Sosialisasi program Pendampingan Batik Berkelanjutan itu dilaksanakan pada Senin (4/8) di Laweyan serta di Giriloyo pada Selasa (5/8). Pada kegiatan di Laweyan, hadir Wakil Walikota Surakarta Astrid Widayani.
"Pemerintah Kota Surakarta berkomitmen menudukung kebijakan dan langkah nyata dalam memperkuat posisi Kampoeng Batik Laweyan sebagai sentra batik berkualitas tinggi, inovatif, ramah lingkungan, dan menjadi kebanggaan kita bersama," ujar Astrid.
Selain itu, hadir pula perwakilan Kepala Cabang BNI Slamet Riyadi Solo Tonny Indra Prasongko, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Alpha Fabela Priyatmono, serta tim Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta
Sementara pada kegiatan di Giriloyo, hadir Camat Imogiri Slamet Santosa, Kepala Cabang BNI KCU Yogyakarta Fudjiatmoko Mahendradani, Lurah Wukirsari Susilo Hapsoro, Ketua Koperasi Jasa Kampung Batik Giriloyo Isnaini Muhtarom, serta tim dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Dinas Pariwisata, serta Dinas KUKMPP.
"Program pendampingan yang diinisiasi BNI dan pelaksananya CECT Sustainability Trisakti bertujuan meningkatkan formulasi stearin sebagai hasil inovasi Pengrajin Kampoeng Batik Laweyan, hasil kolaborasi dengan RSPO. Selanjutnya, kami memperkenalkan malam batik ramah lingkungan itu di Kampung Batik Giriloyo. Fasilitator untuk pengenalan ini adalah para perajin batik dari Laweyan," kata Direktur CECT Sustainability Universitas Trisakti Maria Ariestha Utha yang menghadiri kedua acara tersebut bersama Direktur Market Transformation RSPO Indonesia Windrawan Inantha.
Maria mengungkapkan, inisiatif malam batik berbahan sawit ini mendapat dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. "Sinergi lintas sektor ini tidak hanya mendorong lahirnya inovasi ramah lingkungan, tetapi juga memperkuat rantai nilai lokal dan memastikan keberlanjutan warisan budaya batik dan pariwisata berkelanjutan." (X-8)