Jakarta, CNBC Indonesia- Produksi garam nasional tahun 2025 menghadapi gangguan imbas fenomena cuaca kemarau basah yang menyebabkan curah hujan meningkat sehingga proses produksi menjadi kacau dan merugikan petani.
Kondisi ini diakui oleh Direktur Utama PT Garam, Abraham Mose, yang menyebutkan bahwa seharusnya saat ini musim kemarau dan sudah mulai panen dengan puncak di bulan Agustus dan September. Namun anomali cuaca membuat penguapan air laut dan kristalisasi garam terhambat.
Mengantisipasi kondisi ini, PT Garam sudah dipersiapkan sejak lama. Solusi ini dilaksanakan dengan menampung air tua dengan salinitas tinggi sebelumnya sehingga saat musim hujan bisa membantu proses penguapan.
Seperti apa dampak anomali cuaca bagi produksi garam RI? Selengkapnya simak dialog Andi Shalini dengan Direktur Utama PT Garam, Abraham Mose dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Kamis, 14/08/2025)