RUMAH Sakit Umum Daerah atau RSUD Sekayu, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, menegaskan akan membawa kasus kekerasan terhadap tenaga kesehatan ke ranah hukum. Pada Rabu, 13 Agustus 2025 kemarin, manajemen rumah sakit menggelar pertemuan dengan beberapa pihak. Pertemuan itu, menurut manajemen rumah sakit, bertujuan memberi ruang klarifikasi dari keluarga pasien maupun pelaku.
“Proses hukum tetap berjalan sesuai ketentuan yang berlaku dan sepenuhnya menjadi kewenangan aparat kepolisian serta penegak hukum,” demikian pernyataan resmi RSUD Sekayu di akun Instagram dikutip pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin menyatakan dukungan penuh terhadap langkah RSUD Sekayu dan mengecam tindakan kekerasan terhadap tenaga medis maupun tenaga kesehatan yang sedang bertugas. Komisi IV DPRD setempat juga menyatakan komitmennya mendukung rumah sakit itu dalam memberikan pelayanan terbaik bagi warga Musi Banyuasin dan sekitarnya.
Direktur RSUD Sekayu menambahkan pihaknya siap menerima kritik dan saran dari masyarakat, selama disampaikan sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku.
Sebelumnya, viral seorang dokter spesialis ginjal di RSUD Sekayu mengalami kekerasan dari keluarga pasien. Diketahui, dokter tersebut bernama Syahpri Putra Wangsa.
Dalam video yang viral itu, Syahpri sedang memeriksa pasien lansia perempuan pada Selasa, 12 Agustus 2025. Namun, saat Syahpri sedang memeriksa, salah satu keluarga pasien, seorang pria mengenakan kaos hitam tampak memaki-maki dan meminta Syahpri membuka maskernya. “Jelaskan. Buka masker kau. Jelaskan,” ucap seseorang di balik kamera yang merekam kejadian tersebut.
Pasien yang tengah diperiksa oleh Syahpri diduga menderita penyakit Tuberkulosis (TBC), penyakit menular yang disebabkan oleha bakter Mycobacterium tuberculosis.
Meski telah dimaki-maki dan dipaksa untuk membuka maskernya, Syahpri terlihat tenang. Dengan terpaksa Syahpri membuka maskernya dan berusaha menjelaskan kembali kondisi pasien. Namun, pihak keluarga masih tidak puas.
Pihak keluarga masih terus mempertanyakan istilah medis kepada Syahpri dan protes soal pelayanan rumah sakit untuk pasien VIP. “Ini dokternya dia bilang, dokter apa kamu ini, dokter apa bagian apa? Ngomong dekat ibu saya. Sudah tiga hari ini kami masuk ruangan VIP, ini dia ini cuma memperlihatkan hasil rontgen. Ini dokternya ini. pulang ke mana kamu? Jelaskan,” ucap pihak keluarga.
Sementara, Syahpri tampak tertekan dan hanya menganggukkan kepala. Tak lama setelah itu, Syahpri menjelaskan kondisi pasien. “Kondisi ibunya di rumah sakit dalam kondisi tidak sadar, dengan hipoglikemi ya. dengan gula darah yang sangat rendah. Karena darahnya tidak terkontrol. Kemudian kita melakukan pemeriksaan dilakukan didapatkan adanya rontgen dan gambaran adanya infitrat atau gambaran bercak di paru-paru kanan,” kata Syahpri.
Namun, keluarga pasien masih terus meninggikan suara dan tak puas dengan jawaban Syahpri. Keluarga pasien juga mengulang-ulang pertanyaan soal apakah tidak ada cara lain untuk memberikan tindakan yang cepat untuk pasien.
Syahpri kembali menjelaskan dengan suara pelan. Pihak keluarga masih terus mengulang pertanyaan, "tidak ada cara lain lagi selain mengecek dahak dan rontgen? Tidak ada lagi? Kamu ini dokter apa? Siapa nama kamu? Sekolah di mana kamu?" ucap pihak keluarga. "Kamu tidak tahu siapa saya? Hah? Tidak tahu kamu?"
Tak lama setelah itu, pihak keluarga menyuruh Syahpri keluar dari ruangan pasien. "Sudah sana kamu. Enggak usah sok-sok sopan kamu. Kalau masih mau hidup, balik sana," ucap keluarga pasien lagi.