Home > Bisnis Thursday, 14 Aug 2025, 07:27 WIB
Harga mobil listrik makin murah, pemerintah Beijing turun tangan

MOTORESTO.ID, JAKARTA – Perang harga mobil asal China semakin memanas di pasar otomotif Indonesia, terlebih setelah ajang GIIAS 2025 menghadirkan deretan model baru, termasuk kendaraan listrik (EV). Fenomena ini membuat harga sejumlah mobil terasa irasional, diperparah dengan diskon besar-besaran yang memicu persaingan sengit antar merek.
Tak hanya menarik minat konsumen, tren ini juga memunculkan kekhawatiran dari pemerintah China sendiri. Dikutip dari CNBC, media resmi Partai Komunis China, Qiushi, mengingatkan bahwa kompetisi tidak sehat dapat memaksa produsen mengorbankan kualitas, yang pada akhirnya merugikan pembeli. Pemerintah China pun berkomitmen memperketat pengawasan harga dan mendorong persaingan berbasis teknologi, bukan sekadar adu murah.
Presiden Xi Jinping secara terbuka mengkritik tren ini, menegur pemerintah daerah yang dinilai “secara membabi buta” menginvestasikan dana di sektor-sektor strategis, termasuk mobil listrik atau New Energy Vehicle (NEV). Ia juga menekankan perlunya memutus siklus involusi yang membuat sebagian sektor terjebak dalam kompetisi berlebihan.
Sejumlah produsen besar, termasuk BYD juga dipanggil ke pertemuan regulator untuk mendapat peringatan soal risiko kelebihan kapasitas produksi. Firma riset independen Hutong Research menulis,
“Hampir semua lembaga pemerintah di China bergerak cepat setelah pernyataan Presiden Xi, berjanji menerapkan kebijakan pengurangan sisi pasokan.”
Contoh nyata perang harga terlihat pada BYD yang memangkas harga mobil murah Seagull menjadi 55.800 yuan (sekitar Rp127 juta), hampir 20% di bawah harga eceran resmi. Kompetitornya, Great Wall Motors, juga meluncurkan Ora 3 terbaru dengan harga 20% lebih rendah dari saat peluncuran tahun lalu. CEO XPeng Motors, He Xiaopeng, bahkan memperingatkan bahwa persaingan 2025 akan “jauh lebih keras” dan sebagian produsen mungkin tak mampu bertahan.
Meski perang harga ini menguntungkan konsumen karena memberi banyak pilihan terjangkau, di baliknya ada risiko besar bagi industri otomotif, mulai dari penurunan kualitas produk hingga ancaman keberlangsungan merek.