Konsultan properti Jones Lang LaSalle Incorporated (JLL) Indonesia melaporkan penjualan apartemen telah lesu sejak 10 tahun terakhir. Kondisi tersebut membuat sejumlah pengembang terpaksa memberi diskon besar-besaran.
Head of Research JLL Indonesia, Yunus Karim, menyatakan bahwa puncak penjualan properti apartemen terjadi pada 2012, 2013, dan 2014, tetapi mulai turun pada 2015 dan kembali menurun akibat pandemi Covid-19 pada 2020.
"Kurang lebih hanya seribu unit per tahun, di tahun 2013 sampai 2014 itu bisa 20 ribu per tahun, jadi kelihatannya patahnya gitu," ucap Yunus dalam Media Briefing di Kantor JLL Indonesia, Jakarta Selatan, dikutip Kamis (14/8).
Menurutnya, kondisi ini menunjukkan penurunan yang sangat tajam. Ia juga menilai bahwa tidak tepat membandingkan penjualan 2025 dengan 2024, karena tren penurunan ini sudah berlangsung cukup lama, berbeda dengan pasar rumah tapak yang perbandingannya masih bisa dilakukan secara tahunan atau year-on-year.
Kemudian dalam kesempatan yang sama, Senior Director Capital Markets JLL Indonesia, Herully Suherman, menyampaikan bahwa pihaknya sering menerima titipan untuk menjual apartemen secara on block.
Ia mengungkapkan bahwa terdapat seorang pengembang yang menitipkan apartemen yang dulunya dijual secara ritel, kemudian memintanya untuk dijual secara on block.
"Dan kita mencari investor yang mungkin akan membeli satu gedung apartemen yang mungkin nantinya akan dijadikan misalkan service apartemen, hotel, atau kebanyakan sih service apartemen," sebut Herully.
Herully menambahkan, kondisi ini dapat terjadi ketika permintaan untuk pembelian ritel atau pembelian individual di apartemen melemah.
Ia menjelaskan bahwa dalam penjualan on block, harga yang ditawarkan akan berbeda dibandingkan penjualan ritel, di mana diskonnya biasanya lebih besar.
Herully memaparkan, besaran diskon ini bergantung pada portofolio pengembang dan kondisi keuangannya, yang bisa mencapai 20 hingga 30 persen dari harga ritel. Ia mencontohkan bahwa jika penjualan ritel dihargai 100 per unit, maka penjualan on block bisa jauh lebih murah.
"(Besaran diskon) macam-macam, ini tergantung dari portfolio, developernya, keadaan financial, (diskon) bisa sampai 20-30 persen daripada harga retail," tambah Herully.
Sementara itu, Head of Growth dan Head of Strategic Consulting JLL Indonesia, Vivin Harsanto, menjelaskan bahwa selain skema penjualan on-block, strategi lain yang kerap diterapkan adalah program sewa-beli (rent to own).
Ia menjelaskan bahwa program tersebut memungkinkan pembeli menempati unit sambil mencicil, dan pada akhir periode unit tersebut bisa resmi menjadi milik mereka. Katanya, bahkan ada pengembang yang memilih menjual dengan harga rugi (cut loss).