REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan kepanduan Tanah Air alias Pramuka yang dirayakan setiap 14 Agustus tak lepas dari nama Sayyid M Husein Mutahar yang nasabnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Jasa-jasanya, statusnya yang mentereng, tak pernah membuatnya tinggi hati.
Berdasarkan data dari buku Husein Mutahar: Pengabdian dan Karyanya, habib tersebut mengikuti pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS). Saat itu ayahnya, Salim Mutahar, juga mewajibkan ia untuk belajar ilmu-ilmu agama Islam. Maka dirinya mengaji pada seorang ulama yang bernama Encik Nur.
Setelah lulus dari ELS, Mutahar kemudian berguru kepada Kyai Saleh sembari melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Selain menimba ilmu di pendidikan formal, ia juga ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler, terutama kepanduan.
Menginjak usia 18 tahun, ia lulus dari MULO. Setelah itu, Mutahar muda memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Jurusan Sastra Timur khusus bahasa Melayu menjadi pilihannya. Di luar kelas, dirinya telah mendirikan kepanduan yang bernama Pandu Arjun.
Pada 1938, ia juga telah mengikuti serangkaian kursus kepanduan, baik di dalam maupun luar negeri. Pada 1942, Jepang mulai menguasai Indonesia. Begitu lulus dari AMS pada 1943, Mutahar menjadi pegawai Rikuyu Sokyoku (Dinas Kereta Api) Jawa Tengah di Semarang. Sembari bekerja di sana, dirinya mendirikan Korps Musik Kereta Api. Sejak saat itulah kecintaannya terhadap musik dan lagu mulai berkembang.
Pada 1948, ia harus meninggalkan bangku kuliah. Tekadnya sudah bulat untuk ikut berjuang bersama para pemuda nasionalis. Pertempuran Lima Hari di Semarang menjadi ajang jihadnya. Ketika terjadi Agresi Militer II, Yogyakarta sebagai ibu kota RI jatuh ke tangan Belanda.
Bersama para gerilyawan, Mutahar ikut berjibaku melawan musuh di daerah Jawa Barat dan Jakarta. Masa-masa penuh perjuangan fisik itu berakhir ketika Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia pada 1949.
Menurut tokoh Rabithah Alawiyah, Habib Zen Umar bin Smith (semoga Allah merahmatinya), al-Mutahar merupakan nama salah satu cabang dari keturunan cucu Rasulullah SAW, yakni garis nasab Husein bin Ali. “Betul, al-Mutahar adalah salah satu nama marga dari keturunan Bani Alawi (Alawiyin) yang diturunkan dari Sayyidina Husein, cucu Rasulullah SAW,” kata Habib Zen kepada Republika, beberapa waktu lalu.