REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Panas ekstrem memecahkan rekor suhu di seluruh Eropa. Cuaca panas ini memicu kebakaran hutan yang lebih besar di berbagai wilayah.
Di Prancis barat daya, rekor suhu tertinggi tercatat pada Senin (11/8/2025) di Angoulême, Bergerac, Bordeaux, Saint-Émilion, dan Saint-Girons. Badan Meteorologi Prancis, Météo France, menyebutkan “suhu maksimum yang bahkan belum pernah terjadi sebelumnya” di wilayah tersebut mencapai 12 derajat Celcius di atas suhu normal, selama beberapa dekade terakhir.
Di Kroasia, rekor suhu udara tercatat di Šibenik (39,5 derajat Celcius) dan Dubrovnik (38,9 derajat Celcius), sementara kebakaran hutan besar berkobar di sepanjang pantainya dan melanda negara-negara tetangga di Balkan. Sehari sebelumnya, Hongaria mencatat rekor suhu maksimum harian ketika stasiun cuaca di Körösladány mencapai 39,9 derajat Celcius. Ibu kota Budapest juga memecahkan rekor suhu maksimumnya saat mencapai 38,7 derajat Celcius.
Di luar Eropa, puluhan rekor suhu dipecahkan di Kanada, sementara suhu panas di atas 50 derajat Celcius di Irak dituding sebagai penyebab pemadaman listrik nasional.
Gelombang panas di Eropa selatan terjadi ketika negara-negara Nordik baru saja mengalami suhu di atas 30 derajat Celcius di Lingkaran Arktik bulan ini. Bob Ward, Direktur Kebijakan di Grantham Research Institute, mengatakan, musim panas ini, sangat luar biasa ekstrem di seluruh dunia.
“Beginilah penampakan perubahan iklim,” kata Ward dilansir laman The Guardian. “Dan itu hanya akan menjadi lebih buruk.”
Di Italia, 16 dari 27 kota besar berada dalam status peringatan panas mencapai titik tertinggi, merah, dengan seorang anak berusia empat tahun meninggal akibat sengatan panas. Sementara di Spanyol, seorang pria meninggal dalam kebakaran hutan setelah mengalami luka bakar di 98 persen tubuhnya.
Menurut José Camacho, ilmuwan iklim dan juru bicara Aemet (badan meteorologi Spanyol), gelombang panas ini lebih menonjol dalam hal durasi dan cakupan wilayah ketimbang intensitas, meskipun suhunya tetap sangat tinggi.
Di Prancis barat daya, 40 persen stasiun cuaca mencatat suhu di atas 40 derajat C pada Senin. Lauriane Batté, ilmuwan iklim di Météo France, mengatakan lebih dari separuh dari 51 gelombang panas yang terjadi di Prancis sejak 1947, menunjukkan peningkatan suhu dalam 15 tahun terakhir.
Cuaca panas mengeringkan vegetasi dan memicu kebakaran hutan yang lebih luas. Para ilmuwan kebakaran Uni Eropa memproyeksikan kondisi “ekstrem hingga sangat ekstrem” di sebagian besar Eropa selatan, dengan risiko “sangat parah” di beberapa wilayah Nordik.
Kebakaran hutan di Eropa telah menghanguskan lebih dari 400 ribu hektare sepanjang tahun ini, 87 persen lebih banyak dari rata-rata dua dekade terakhir. Peneliti memperkirakan panas berbahaya di Eropa dapat menyebabkan tambahan 8.000–80.000 kematian per tahun pada akhir abad ini.
Antonio Gasparrini, ahli epidemiologi di London School of Hygiene & Tropical Medicine, menekankan pentingnya langkah kesehatan masyarakat yang efektif karena gelombang panas semakin sering terjadi.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pekan lalu menyebut kebakaran hutan dan polusi udara memperburuk dampak kesehatan. Dengan suhu panas ekstrem di beberapa wilayah Asia barat, Asia tengah bagian selatan, Afrika utara, Pakistan selatan, dan AS barat daya mencapai lebih dari 45 derajat Celcius.