Peran Tokoh Muhammadiyah Dalam Perumusan Pancasila

1 month ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ki Bagus Hadikusumo adalah seorang bapak bangsa pendiri negara Indonesia. Founding father yang juga tokoh Muhammadiyah ini berasal dari Kauman, Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada 24 November 1890, nama aslinya adalah Hidayat.

Pendidikan keislaman pertama-tama diperolehnya dari ayahnya sendiri, Raden Kaji Lurah Hasyim, yang juga seorang abdi dalem putihan. Di samping itu, Bagus Hadikusumo alias Hidayat pun belajar pada beberapa kiai di Kauman.

Begitu tamat dari Sekolah Ongko Loro (setingkat SD durasi tiga tahun), Hidayat menjadi santri di Pesantren Wonokromo Yogyakarta. Di sana, dirinya mendalami antara lain ilmu tauhid dan fikih.

Santri sekaligus sahabat KH Ahmad Dahlan ini kemudian menjadi salah satu penggerak Muhammadiyah. Dalam masa-masa awal Persyarikatan, ia pernah menjadi ketua Majelis Tabligh (1922), ketua Majelis Tarjih, dan anggota komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadiyah (1926). Hingga pada akhirnya, Ki Bagus Hadikusumo menjadi ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1942-1953.

Pada masa penjajahan Jepang, Ki Bagus menentang praktik sei-kerei, yakni upacara dengan cara membungkukkan badan mengarah ke matahari terbit sebagai penghormatan kepada Tenno Heika atau Dewa Matahari. Ritual demikian diwajibkan oleh Nippon bagi instansi-instansi pemerintah, sekolah-sekolah, dan warga umumnya setiap pagi.

Upacara sei-kerei tersebut jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Pemerintah pendudukan Jepang akhirnya memberikan dispensasi khusus bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk tidak melakukan upacara itu.

Pada masa kolonial Belanda, Ki Bagus pernah terlibat dalam sebuah kepanitiaan yang bertugas memperbaiki tentang peradilan agama (Priesterraden Commissie). Hasil penting dari sidang komisi ini ialah kesepakatan untuk memberlakukan hukum Islam.

Namun, ia merasa dikecewakan oleh sikap politik pemerintah kolonial Hindia Belanda yang juga didukung para ahli hukum adat. Sebab, mereka mencoret seluruh keputusan tentang hukum Islam.

Putusan itu kemudian diganti dengan hukum adat melalui penetapan Ordonansi 1931. Rasa kecewa itu ia ungkapkan di kemudian hari, yakni saat menyampaikan pidato di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUKPK) Indonesia.

Read Entire Article