REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Kemunculan seorang komandan lapangan di unit elite Brigade Al-Qassam—sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas— dalam salah satu video perlawanan telah menimbulkan banyak pertanyaan.
Mengapa komandan pasukan elite tersebut muncul di tengah-tengah rencana pencaplokan Kota Gaza seluruhnya oleh pemerintah Israel di bawah Benjamin Netanyahu?
Pada Senin (18/8/2025), Al-Qassam merilis sebuah video yang menunjukkan para pejuangnya menghadapi pasukan Israel dan kendaraan militer di lingkungan Zeitoun, tenggara Kota Gaza.
Seorang komandan lapangan di unit elite muncul dan menyampaikan pesan ganda sekaligus yang masing-masing ditujukan kepada para pejuang perlawanan dan pemerintah penjajah.
Pakar militer Hatem Karim al-Falahi menyatakan keyakinannya bahwa kemunculan pejuang Qassam— yang belum pernah muncul pada periode sebelumnya— dengan seragam bertuliskan "unit elite" menimbulkan banyak perhatian. Ini berarti Hamas telah mulai menggunakan pasukan ini dalam proses konfrontasi.
Oleh karena itu, operasi militer di masa mendatang akan menjadi sulit dan sengit bagi tentara pendudukan karena akan menghadapi pasukan yang dipersenjatai dengan banyak pelatihan khusus dan dapat melaksanakan tugas khusus dalam berbagai arah.
Berbicara kepada Aljazeera, Rabu (20/8/2025), al-Falahi menekankan bahwa unit-unit ini sangat terlatih dan memiliki kemampuan tempur yang tinggi.
Komandan al-Qassam, yang tampak bertopeng, mengancam penjajah sebagai tanggapan atas ancamannya yang semakin meningkat terhadap penduduk Jalur Gaza.
Sang Komandan menekankan keberadaan perlawanan di depan dan di belakangnya, sambil mengakui sulitnya pertempuran, tetapi dia meyakinkan tentang kekuasaan Allah SWT bagi para mujahid.
“Allah SWT memberikan pertempuran yang paling sulit hanya kepada tentara-Nya yang terkuat, jadi lanjutkanlah dengan ridha Allah.”
Menurut al-Falahi, pemandangan Al-Qassam di Gaza timur menunjukkan pemantauan dan pengawasan yang akurat terhadap pergerakan pasukan Israel, bahkan yang bertahan di dalam bangunan. Dia menegaskan keberhasilan faksi-faksi perlawanan dalam beradaptasi dengan situasi lapangan secara luas.
Namun, operasi tersebut masih terkonsentrasi di lingkungan Zeitoun dan belum menembus jauh ke dalam Kota Gaza.
BACA JUGA: Pengakuan Biarawati AS yang Mukim Lama di Palestina tentang Hamas dan Israel Hebohkan Dunia
Kenyataan ini berbeda dengan ancaman Israel untuk menduduki kembali dan mengepung kota tersebut, menurut pakar militer tersebut.
Pasukan "Elite Qassam" adalah ujung tombak serangan 7 Oktober 2023 (Badai Al-Aqsa), ketika mereka menyerbu pangkalan, barak, dan permukiman di wilayah Gaza dan terlibat dalam bentrokan yang panjang dan sengit dengan tentara pendudukan.
Badai Al-Aqsa mengakibatkan tewasnya sedikitnya 1.200 warga Israel, sebagian besar dari mereka adalah tentara dan polisi, di samping penangkapan 240 warga Israel.