Guru besar Prof Herry Agung Prabowo menyoroti krisis iklim dalam orasi pengukuhan guru besar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Universitas Mercu Buana (UMB) mengukuhkan lima guru besar baru dalam sidang senat terbuka di Kampus Meruya, Jakarta Barat, Selasa (19/8/2025). Salah satu guru besar yang dikukuhkan, Prof Herry Agung Prabowo, menyampaikan orasi ilmiah yang menyoroti ancaman krisis iklim, kelangkaan energi, serta keselamatan transportasi.
Dalam orasi berjudul “Hexaple Bottom Line: Sebuah Paradigma Baru dalam Bisnis Berkelanjutan Bank Syariah”, Prof Herry memperingatkan bahwa kenaikan suhu bumi lebih dari 2°C dapat membuat planet ini tidak lagi layak huni. Ia mendorong agar keberlanjutan menjadi tujuan utama setiap kebijakan pembangunan.
“Jika tidak dikendalikan, kenaikan suhu bumi lebih dari 2°C akan membuat planet ini tidak lagi layak huni. Karena itu, keberlanjutan harus menjadi tujuan utama pembangunan,” katanya.
Ia mendorong percepatan transisi energi dengan target bauran energi terbarukan minimal 50 persen, menunda insentif kendaraan listrik pribadi, dan memprioritaskan elektrifikasi transportasi massal.
Selain itu, penerapan lean manufacturing serta total productive maintenance dinilai penting untuk mengurangi limbah industri dan emisi karbon.
Rektor UMB, Prof Andi Adriansyah menegaskan bahwa gelar guru besar bukan akhir pencapaian, melainkan awal tanggung jawab baru. “Guru besar harus menjadi mercu suar bagi masyarakat, penunjuk arah bagi generasi penerus, sekaligus penggerak perubahan sosial,” ujarnya.
Selain Prof Herry, empat guru besar lain yang dikukuhkan adalah Prof Rizki Briandana (Ilmu Media dan Komunikasi), Prof Indra Siswanti (Ilmu Manajemen), Prof Ratna Mappanyukki (Ilmu Audit), dan Prof Dewi Nusraningrum (Ilmu Manajemen).
Rektor menegaskan bahwa karya para guru besar harus memberi dampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan. “Kontribusi kita bukan hanya pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada upaya menjaga bumi dan masa depan yang lebih baik,” katanya.
——