Warga Palestina berjuang mendapatkan makanan dan bantuan kemanusiaan di sepanjang koridor Morag dekat Rafah, di selatan Jalur Gaza, Senin, 4 Agustus 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Lebih dari 800 atlet telah terbunuh di Gaza sejak dimulainya serangan Israel pada 7 Oktober 2023. Komunitas olahraga terus menjadi korban di tengah pengeboman, kelaparan, dan runtuhnya infrastruktur wilayah tersebut.
Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) menyebutkan bahwa 421 pemain sepak bola termasuk di antara 808 atlet yang terbunuh di Gaza dalam 22 bulan terakhir, hampir setengahnya adalah anak-anak.
Korban terbaru adalah mantan pemain tim nasional Palestina, Suleiman al-Obaid, yang terbunuh Rabu lalu saat menunggu bantuan kemanusiaan.
"Mantan pemain tim nasional Suleiman al-Obaid gugur dalam serangan pasukan pendudukan saat menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza,” tulisa PFA dalam pernyataannya.
Al-Obaid, 41 tahun, lahir di Gaza dan ayah dari lima anak, dianggap sebagai salah satu bintang terbesar dalam sejarah sepak bola Palestina. Ia bermain dalam 24 pertandingan resmi untuk tim nasional dan mencetak dua gol.
Sejak Oktober 2023, jumlah pesepak bola yang tewas atau meninggal karena kelaparan dan serangan Zionis telah mencapai 421 orang, termasuk 103 anak.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan setidaknya 61.158 warga Palestina telah terbunuh dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023. Jumlah ini mencakup korban serangan udara, serangan darat, dan sedikitnya 193 orang yang meninggal karena kelaparan akibat blokade Israel.
Serangan Israel yang kini memasuki tahun kedua genosida di Gaza telah melumpuhkan olahraga Palestina. Atlet, pelatih, dan wasit tewas, sementara seluruh fasilitas olahraga dibom, dibakar, atau dijadikan kuburan massal.