
Bank Syariah Indonesia (BSI) optimistis dapat mendorong pertumbuhan pembiayaan di tengah penyesuaian target pertumbuhan pembiayaan syariah nasional oleh Bank Indonesia (BI).
Meskipun BI merevisi proyeksi pertumbuhan pembiayaan syariah dari semula 11-13 persen menjadi 8-11 persen pada tahun 2025, BSI tetap mematok target pembiayaan Rp 310 triliun, tumbuh sekitar 16 persen dibanding posisi tahun 2024 sebesar Rp 266 triliun.
SVP Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, mengatakan bahwa hingga saat ini BSI belum melakukan revisi terhadap target pembiayaan.
"Kalau pun nanti ada revisi akan kita umumkan setelah mendapatkan persetujuan dari regulator. Tapi sampai saat ini kita memang belum menurunkan target," ujar Wisnu kepada wartawan dalam konferensi persnya, di Jakarta, Rabu (4/6).
Strategi utama BSI untuk mencapai target tersebut salah satunya melalui event BSI International Expo 2025 yang akan digelar pada 26-29 Juni 2025.
Expo tersebut diharapkan menjadi ajang bisnis matching yang tidak hanya mempertemukan UMKM dengan calon mitra bisnis, tetapi juga membuka peluang pembiayaan, termasuk skala besar dan sindikasi pembiayaan korporasi.
Menurut Wisnu, pembiayaan korporasi menjadi salah satu pendorong utama, mengingat saat ini komposisi pembiayaan nasional didominasi 70 persen pembiayaan ritel dan 30 persen pembiayaan wholesale atau korporasi.
BSI melihat pembiayaan korporasi sebagai pintu masuk (door opener) yang strategis untuk membuka akses pembiayaan ritel dan konsumer di ekosistem bisnis yang lebih luas.
“Strategi pembiayaan kita menjadikan pembiayaan korporasi itu menjadi door opener atau menjadi anchor untuk membuka masuknya pembiayaan retail dan consumer karena kita nge-grade itu bukan hanya satu perusahaannya tapi ekosistemnya dan value chain-nya,” jelasnya.

Mengenai hasil bisnis matching di event tahun lalu, BSI mencatat volume transaksi mencapai Rp 2,4 triliun, meliputi transaksi ritel, sindikasi, dan korporasi.
Tahun ini, BSI berharap bisa mencatatkan transaksi yang lebih besar dan bahkan bisa mencapai pertumbuhan double digit meski kondisi ekonomi dinilai menantang.
Sebelumnya, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI), Imam Hartono, bilang pertumbuhan ekonomi syariah masih akan positif.
Awalnya, proyeksi pembiayaan syariah dipatok tumbuh 11–13 persen. Tapi kini direvisi menjadi 8–11 persen, mengikuti penyesuaian target PDB nasional yang juga diturunkan jadi 4,6–5,4 persen.
“Proyeksi dari pembiayaan syariah kita itu kita revisi menjadi antara 8 sampai 11 persen. Kemudian juga ini kan juga terkait dengan proyeksi PDB-nya yang bergerak jadi antara 4,6 sampai dengan 5,4,” kata Imam di Kantor Pusat BI, Rabu (4/6).
Meski target diturunkan, BI tetap optimistis. Menurut Imam, sistem ekonomi syariah sudah disiapkan, ibaratnya bus sudah terparkir dan mesinnya menyala. Tapi masih sedikit yang naik.
“Kalau kita misalnya akan sama-sama menuju pada suatu tempat dan kita sekarang sedang menaiki angkutan bus bersama-sama, maka sebenarnya bus kita itu sudah ada. Tetapi sekarang yang kita butuhkan adalah penumpangnya,” ujarnya.