Industri fesyen Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Hal ini tidak hanya terlihat lewat kreativitas desainer lokal yang makin inovatif, tetapi juga dari dukungan media mode internasional seperti Vogue. Salah satu bentuk nyata dari dukungan itu hadir pada gelaran JF3 Fashion Festival Indonesia ke-21.
JF3 Fashion Festival merupakan inisiasi Summarecon, yang sejak 2004 secara konsisten menghadirkan platform untuk mengangkat potensi industri mode tanah air.
Melalui JF3, Summarecon berkomitmen mendukung perkembangan ekosistem fashion Indonesia, mulai dari pelestarian warisan budaya, pemberdayaan talenta muda, hingga memperluas konektivitas ke pasar internasional.
Tahun ini, bertepatan dengan perayaan 50 tahun Summarecon, semangat inovasi yang menjadi DNA perusahaan turut tercermin dalam penyelenggaraan JF3 2025, menghadirkan terobosan program, kolaborasi global, dan dukungan nyata bagi para pelaku industri kreatif tanah air. Salah satunya adalah sesi talkshow eksklusif dan penuh insight yang menghadirkan Vogue.
Dalam sesi talk show pada Rabu (30/7) tersebut, Bettina von Schlippe dari Vogue Singapura dan Ramon Galicia dari Vogue Filipina membagikan pandangan mereka dan menyoroti pentingnya dukungan dan pengakuan terhadap karya anak bangsa sebagai langkah strategis dalam memajukan industri fesyen Indonesia.
Menurut Bettina, pengakuan dari pasar dalam negeri terhadap karya para penggiat fesyen berperan besar dalam mendorong perkembangan industri lokal. Namun, ia menyayangkan kenyataan bahwa justru pasar dalam negeri sering kali kurang memberi apresiasi yang layak terhadap karya desainer Indonesia. Hal ini, menurutnya, berdampak langsung pada kepercayaan diri para desainer Tanah Air.
"Sayangnya, banyak desainer Indonesia tidak percaya diri pada kemampuan mereka sendiri," ujarnya. Menurutnya, masalah minimnya rekognisi terhadap karya anak bangsa ini bukan hal baru, karena pola seperti ini terus berulang dari waktu ke waktu.
"Masalahnya selalu sama. Mereka tidak mendapatkan pengakuan di pasar mereka sendiri. Ketika mereka pergi—ke Paris, ke New York, ke mana pun—barulah mereka diakui. Lalu mereka kembali, mendapatkan cap kredibilitas, dan setelah itu mereka membangun karier mereka,” ungkap Bettina.
Bettina menambahkan banyak kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia dan itu perlu dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Seharusnya tidak perlu seperti ini. Sebenarnya, kalian punya banyak kekuatan, karena kalianlah yang menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya,” ujarnya.
Senada dengan Bettina, Ramon Galicia mengatakan Indonesia sejatinya punya kekuatan di keragaman budaya dan kekhasan kainnya. Salah satu keuntungan kompetitif Indonesia terletak pada tekstilnya yang sangat unik dibandingkan negara-negara lain. Misalnya kain songket yang dibuat dengan alat tenun dan kain batik yang motifnya dibuat dengan bantuan canting.
Tak hanya kain tradi...