Di era yang serba digital dan sangat modern, kita dapat memanfaatkan media sosial untuk berbagai kepentingan, salah satunya mendokumentasikan tahapan perkembangan anak secara digital. Sehingga, Anda mungkin akan melihat beberapa teman yang kerap mengunggah kebersamaan dengan keluarga kecilnya. Atau juga menyadari beberapa teman yang sudah membuatkan akun media sosial pribadi atas nama anak-anaknya.
Di sisi lain, beberapa orang mungkin khawatir foto bayi atau anaknya yang diunggah di media sosial akan disalahgunakan. Atau takut juga menjadi sasaran predator online dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Sejumlah orang tua pun memutuskan untuk tetap memberikan privasi terhadap anak-anaknya. Dan salah satu cara yang banyak dilakukan adalah menutup wajah anak-anak mereka dengan stiker emoji dan sejenisnya yang terdapat di platform media sosial sehingga memungkinkan orang tua tetap bisa berbagi foto kebersamaan tanpa mengganggu privasi.
Namun, apakah menutupi foto anak dengan berbagai stiker benar-benar efektif? Ternyata, tidak sepenuhnya dapat membuat privasi anak terjaga, Moms. Simak penjelasannya berikut ini!
Ini Alasan Kenapa Menutupi Wajah Anak dengan Stiker Tidak Sepenuhnya Efektif!
Pakar keamanan siber dan pendiri Cyber Security Unity, Lisa Ventura, mengungkapkan fakta yang mungkin bisa menjadi pertimbangan Anda sebelum mengunggah foto si kecil.
"Saya harus benar-benar jujur, tetapi menempatkan emoji di atas wajah anak hampir tidak memberikan perlindungan privasi yang nyata sama sekali," ungkap Ventura, dikutip dari Independent UK.
Menurut Ventura, meskipun tidak ada yang benar-benar bisa 'melepas' stiker emoji tersebut dari wajah anak, tetapi orang tua sebenarnya tetap membagikan banyak informasi tentang anaknya. Jadi, misalnya, meski wajah sudah disamarkan, tetapi ketika Anda pernah mengunggah foto anak dengan seragam sekolah beserta lambang sekolah yang terlihat, maka pengikut pun bisa mengetahui sekolah mana yang anak-anak Anda datangi setiap harinya.
"Bahkan, tanpa wajah yang terlihat, Anda tetap dapat mengetahui detail seperti perkiraan usia, bentuk tubuh, dan lokasi mereka dari foto. Semua itu membentuk profil," tutur Ventura.
"Data gabungan dari semua unggahan tersebut menciptakan kekhawatiran privasi yang jauh lebih besar daripada satu gambar saja," imbuhnya.
Belum sampai di situ, fitur-fitur di media sosial juga tanpa sadar bisa memberikan informasi yang lebih banyak tentang Anda maupun keluarga. Misalnya, pernahkah Anda mengunggah Instagram story sedang mengantar atau menjemput anak lalu menambahkan fitur waktu? Ya Moms, tanpa disadari, Anda pun turut menyebarkan detail rutinitas harian keluarga.
Sehingga, masalah yang sebenarnya bukan sekadar penyematan emoji, melainkan fakta bahwa kebanyakan orang tua tidak hanya mengunggah satu foto yang disematkan emoji.
"Mereka membagikan banyak foto dari waktu ke waktu, dan data gabungan dari semua unggahan tersebut menciptakan masalah privasi yang jauh lebih besar," ungkapnya.
"Ada banyak ketakutan tentang artificial intelligence (kecerdasan buatan) yang mampu secara ajaib merekonstruksi wajah dari foto yang dipenuhi emoji," lanjut Ventura.