UNFPA: Keterbatasan Keuangan Jadi Hambatan Orang di Dunia Punya Banyak Anak

1 month ago 4
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Dr Bonivasius Prasetya Ichtiarto (kiri) dan UNFPA Indonesia Representative Hassan Mohtashami (kanan) di Konferensi Pers Laporan SWP, Kantor PBB, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025). Foto: Judith Aura/kumparanDeputi Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Dr Bonivasius Prasetya Ichtiarto (kiri) dan UNFPA Indonesia Representative Hassan Mohtashami (kanan) di Konferensi Pers Laporan SWP, Kantor PBB, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025). Foto: Judith Aura/kumparan

Angka populasi dunia saat ini menjadi sorotan. Banyak negara tengah mengalami penurunan angka kelahiran, seperti Korea Selatan dan Jepang. Ini memunculkan rasa khawatir karena jika populasi lansia terus meningkat sementara jumlah populasi muda menurun, maka semakin sedikit populasi yang akan menopang ketenagakerjaan.

Berangkat dari diskursus tersebut, badan PBB yang mengurus kesehatan seksual dan reproduksi, UNFPA, melakukan survei untuk mencari tahu penyebab penurunan angka kelahiran dan apakah orang-orang di dunia dapat mewujudkan keluarga yang diinginkan.

Lewat laporan bertajuk Situasi Kependudukan Dunia (State of World Population, SWP) 2025, terungkap bahwa mayoritas orang di dunia sebenarnya ingin memiliki dua anak atau lebih. Namun, beberapa faktor menyebabkan mereka, termasuk perempuan, tidak mampu memenuhi keinginan tersebut.

“Bukannya orang-orang tidak ingin punya anak; mereka tidak mampu melakukannya akibat situasi dunia. Mereka ingin punya lebih banyak anak, tetapi tidak bisa,” ucap Perwakilan UNFPA di Indonesia, Hassan Mohtashami, dalam konferensi pers di Kantor PBB, Jakarta, Kamis (3/7).

Ekonomi, hambatan utama keinginan fertilitas

Konferensi Pers Laporan State of World Population UNFPA 2025 di Kantor PBB, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025). Foto: Judith Aura/kumparanKonferensi Pers Laporan State of World Population UNFPA 2025 di Kantor PBB, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2025). Foto: Judith Aura/kumparan

UNFPA melakukan survei bersama YouGov dengan 14.000 partisipan yang tersebar di 14 negara. Negara-negara yang dipilih merupakan rumah bagi 37 persen populasi dunia dan dibagi ke dalam tiga kategori, yakni negara dengan angka kelahiran di bawah 1,5 anak per ibu, angka kelahiran 1,5–2,1 anak per ibu, dan angka kelahiran di atas 2,1 anak per ibu. Indonesia, berada di kategori kedua, menjadi salah satu negara yang disurvei.

Hasil dari survei tersebut menunjukkan bahwa secara global, 62 persen perempuan dan 61 persen laki-laki ingin memiliki dua anak atau lebih. Di Indonesia, angkanya mencapai 74 persen perempuan dan 77 persen laki-laki.

 ShutterstockIlustrasi keluarga. Foto: Shutterstock

Kendati demikian, keterbatasan finansial menjadi alasan utama mereka tidak bisa memiliki jumlah anak yang diinginkan. Di Indonesia sendiri, tiga hambatan utama mereka adalah keterbatasan finansial (39 persen responden), keterbatasan perumahan (22 persen), dan ketidakamanan pekerjaan atau pengangguran (20 persen).

Selain itu, responden juga mengeluhkan situasi dunia yang berpotensi tidak aman untuk masa depan anak. 1 dari 5 responden mengkhawatirkan masa depan dunia, mulai dari potensi perang, pandemi, hingga perubahan iklim membuat mereka memiliki lebih sedikit anak dari yang diinginkan.

Keputusan punya anak harus ada di tangan perempuan

 Virojt Changyencham/ShutterstockIlustrasi keluarga. Foto: Virojt Changyencham/Shutterstock

Di tengah sulitnya memiliki anak akibat kondisi keuangan, kebijakan di berbagai negara justru dianggap membebankan kewajiban melahirkan lebih banyak anak kepada para perempuan di dunia.

Dalam laporannya, UNFPA mengatakan, tak sedikit aturan negara-negara itu meliputi tindak pemaksaan yang mengancam HAM dan otonomi tubuh warga negara mereka.

Hassan Mohtashami pun menegaskan, keputusan fertilitas atau keputusan untuk memiliki anak haruslah berada di tangan perempuan, bukan dalam bentuk pemaksaan.

“Pesan utamanya adalah fertilitas, berapa banyak perempuan ingin punya anak, adalah konstruksi sosial-ekonomi. Ini adalah keputusan yang kompleks, banyak pertimbangan di dalamnya,” ujar Hassan.

 Manop Boonpeng/ShutterstockIlustrasi Ibu dan Anak Foto: Manop Boonpeng/Shutterstock

“Semenjak 50, 60 tahun lalu, populasi meningkat dan semua orang mendesak perempuan untuk punya lebih sedikit anak. Sekarang populasi menurun, perempuan diminta harus punya lebih banyak anak; tiga, lima, sepuluh anak. Mau punya berapa anak, satu, dua, tiga, sepuluh anak, itu adalah hak perempuan untuk mengambil keputusan tersebut. Tidak ada yang bisa menyuruh perempuan, karena itu adalah keputusan perempuan,” lanjutnya.

Ia menekankan, sepatutnya para pemangku jabatan membantu perempuan untuk mewujudkan cita-cita keluarganya dengan cara menghilangkan hambatan-hambatan yang ada.

“Sebagaimana Anda tahu, perempuan ingin memiliki anak, tetapi tidak bisa karena finansial, rumah, dan pekerjaan. Jika kita bisa mengatasi masalah itu, keinginan perempuan soal fertilitas akan bisa tercapai dan angkanya bisa berada di level yang diinginkan,” pungkasnya.

Read Entire Article