Sementara dari sisi jumlah produksi listrik tercatat mencapai 4.226.027 MWh. Realisasi ini setara sudah 55,4 persen dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar 7.483.348 MWh dengan tingkat EFOR (Equivalent Forced Outage Rate) hanya 0,12 persen.
"Tingkat gangguan rendah, mencerminkan efisiensi manajemen risiko operasional," kata Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi dalam keterangan resmi, Selasa (12/8).
Dari sisi kinerja keuangan hingga Juni Pertamina NRE sukses membukukan revenue atau pendapatan mencapai USD 209, 087 juta dengan laba tahun berjalan mencapai USD 52 juta. Sementara hingga Juni realisasi investasi yang digelontorkan sebesar USD 153,8 juta.
Kinerja perusahaan yang positif tidak lepas dari perkembangan sektor EBT yang terus tumbuh. Dicky memastikan Pertamina NRE terus berekspansi di berbagai lini bisnis EBT yang kini dijalankan perusahaan.
Salah satu unit bisnis Pertamina NRE adalah mengelola aset di panas bumi. Hingga kini tercatat total kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sudah mencapai 727 MW.
Dicky menyatakan ke depan kolaborasi dengan PLN untuk menggenjot pemanfaatan panas bumi akan ditingkatkan.
"Ada satu case kerja sama dengan PLN sudah ada solusi dari pemerintah di Hulu Lais uapnya sudah di mulut sumur akan diserap diproduksi listrik pembangkit PLN. ini konsep strategi perlu didukung konsepnya," jelas Dicky.
Selain itu PGE baru saja teken Head of Agreements antara dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) tentang Kerja Sama Pengembangan Energi Panas Bumi untuk Pembangkit Listrik, serta Komitmen Perjanjian Konsorsium (consortium agreement) antara PGE dan PLN IP unit Ulubelu Bottoming dan unit Lahendong Bottoming, untuk Pengadaan Independent Power Producer (IPP) Project Cogen yang merupakan quick-win strategy untuk PGE mencapai kapasitas 1GW dalam 2 sampai 3 tahun mendatang. Komitmen ini diprioritaskan dilakukan di Ulubelu BU 30 MW dan Lahendong BU 15 MW.
Sejauh ini realisasi pengelolaan PLTS Pertamina NRE sudah mencapai 345,2 MWp di mana sebagian besar berada di wilayah operasi Pertamina, mulai dari lapangan migas seperti di Rokan, kompleks kilang hingga SPBU. "Jadi kami kembangkan dulu di halaman kami sendiri," ujar Dicky.
Selanjutnya Pertamina NRE juga melakukan ekspansi bisnis dengan mengakuisisi 20 persen saham Citicore Renewable Energy (CREC), perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) asal Filipina. PNRE dan CREC menyepakati framework agreement untuk
pengembangan di Indonesia dan Filipina di antaranya pengembangan proyek solar dan angin, pengadaan Battery Energy Storage (BESS), pengadaan modul panel surya serta kolaborasi penerapan Read Entire Article