
Terpilih sebagai presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung menyatakan komitmennya untuk membuka jalur komunikasi dengan Korea Utara.
Dalam pidato perdananya, ia menyatakan siap mendorong perdamaian di Semenanjung Korea dengan tetap menjaga kewaspadaan terhadap provokasi militer dari Pyongyang.
“Betapa pun mahalnya, perdamaian lebih baik daripada perang,” ujar Lee, Rabu (4/6), mengutip AFP.
Pemerintahannya juga ingin berupaya mencegah provokasi nuklir dan militer dari Korut sambil menjaga kemungkinan dialog tetap terbuka.
Lee berasal dari Partai Demokrat yang dikenal cenderung mendukung pendekatan dialog dalam kebijakan terhadap Pyongyang. Pendahulunya dari partai yang sama, Moon Jae-in, sempat menggelar sejumlah pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Namun, upaya diplomasi tersebut tidak menghasilkan normalisasi hubungan yang berkelanjutan.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antar-Korea memburuk.
Di bawah pemerintahan presiden sebelumnya, Yoon Suk-yeol, Korea Utara meledakkan infrastruktur penghubung antarnegara dan mendirikan penghalang yang menyerupai tembok di dekat perbatasan.

Korut juga memperkuat aliansinya dengan Rusia, termasuk dengan mengirim ribuan tentaranya ke Ukraina.
Selama kampanye, Lee menuduh Yoon sengaja memprovokasi Korea Utara demi membenarkan kebijakan keamanannya. Kini, ia mengambil jalur berbeda.
Menurutnya, keamanan dan dialog tidak harus saling meniadakan.
“Bukankah karena takut Korea Selatan akan maju dengan tank, Korea Utara membangun penghalang tank tersebut?” kata Lee, merujuk pada konstruksi baru Korut di perbatasan.