Konser Simfoni untuk Bangsa: 8 Dekade Musik Indonesia digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (2/8). Di bawah arahan konduktor Avip Priatna, penonton diajak menyelami kembali perjalanan musik di Indonesia dari setiap dekadenya.
Perjalanan lagu-lagu tersebut dibawakan oleh The Resonanz Children's Choir, Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singers serta beberapa pengisi acara lainnya.
Lagu-lagu perjuangan dan kebangsaan membuka konser tersebut. Hari Merdeka, Berkibarlah Benderaku, hingga Indonesia Pusaka dinilai mewakili musik di era 1945-1955.
Setelahnya, penonton dihibur dengan lagu-lagu di era 1955-1965. Penampilan Maria Sita, Yemima Madeleine, dan Sherina Saragih membawakan lagu Tiga Dara karya Saiful Bachri cukup menyita perhatian.
Memasuki tiga dekade, masyarakat Indonesia menjadikan musik sebagai media penyampai kritik. Lagu dari Koes Plus, Bimbo, hingga Rhoma Irama dinilai mewakili era tersebut.
Penampilan Isyana saat membawakan lagu Tuhan, karya Sam Bimbo langsung mencuri perhatian. Para penonton tampak hanyut saat Isyana membawakan lagu bertema religi itu.
Memasuki tahun 1975-1985, musik mulai mengarah ke masa-masa romantis. Galih Ratna dari Guruh Soekarnoputra menjadi salah satu lagu yang mewakili era tersebut.
Selang jeda, penonton diajak kembali ke era 1985-1995. Tua-tua Keladi, Kumpul Bocah, hingga Selamat Datang Cinta mewakili era tersebut.
Masuk dekade ke lima, musik di Indonesia tak hanya lahir dari Industri. Banyak band lahir dan menghadirkan karya yang tak lekang oleh waktu.
Misalnya Sheila On 7 dengan lagunya yang berjudul Sephia. Para penonton diajak ikut bernyanyi bersama di lagu tersebut.
Memasuki tahun 2005-2015, perkembangan era digital membuat musik mampu melewati batas-batas konvensional. Kasih Putih karya Yovie Widianto, dibawakan dengan manis oleh Nobel Telaumbana, Mitchell Wuisan, dan Ery Kumendong.
Tiba akhirnya di penghujung acara, penonton diajak berefleksi pada kondisi musik saat ini. Di mana semua orang busa bersuara, genre tak lagi jadi batas dan kolaborasi jadi kekuatan.
Lathi hingga Lexicon menjadi beberapa lagu yang bisa mewakili era ini. Keduanya tampak membuktikan bahwa musik bisa menabrak segala batasan.