Manager Kelayakan Komersialisasi Produk PLN, Oskar Praditya menyarankan penempatan SPKLU berada di ruang terbuka dalam Forum Pemenuhan Keselamatan Ketenagalistrikan pada Ekosistem KBLBB pada Selasa (12/8/2025). Hal ini guna meningkatkan aspek keselamatan di ruang publik.
”Penempatan SPKLU diimbau dilakukan di area terbuka, bukan di basement, demi mengurangi risiko kebakaran dan memperluas akses publik,” ucap Oskar dalam siaran pers yang dikutip kumparan, Minggu (17/8/2025).
Lebih lanjut, opsi penambahan daya dan pemasangan baru untuk komponen home charging, PLN lebih merekomendasi pemasangan baru karena dinilai lebih aman serta mudah diawasi.
Sementara, menurut Benhur, Perwakilan Asosiasi Pengusaha Pengisian Kendaraan Listrik Indonesia (APPKLI) mengungkap masih banyaknya badan usaha yang belum mengerti regulasi pembangunan SPKLU. Sehingga pihaknya mendukung imbauan dari PLN.
”Pelaku usaha SPKLU mendukung penuh penerapan keselamatan ini karena risiko berbahaya yang besar menuntut pencegahan maksimal,” katanya.
Insiden terbakarnya mobil listrik pernah terjadi di salah satu basement gedung di Kota Incheon, Korea Selatan pada 1 Agustus 2024 lalu.
Mobil listrik jenis Mercedes-Benz EQE 350 terbakar hebat hingga menyambar ratusan kendaraan yang ada di sekitarnya. Kejadian ini membuat pemerintah Seoul melarang aktivitas pengecasan di parkiran basement gedung.
Hingga tahun 2024, PT PLN (Persero) telah mendirikan SPKLU sebanyak 3.233 unit, naik 299 persen dari 2023 di angka 1.081 unit. Capaian tersebut beriringan dengan pertumbuhan fasilitas Home Charging Services (HCS).
Berdasarkan data PLN, implementasi HCS pada 2024 meningkat 302 persen menjadi 28.356 unit, dari 9.393 unit di 2023.
Inovasi SPKLU juga dikembangkan, salah satunya melalui pendirian SPKLU yang memanfaatkan tiang listrik atau disebut SPKLU PLN EYE. Dikutip dari Antara, per Kamis (14/8/2025) sudah ada 500 unit PLN EYE yang tersebar di sejumlah titik. Pihak PLN pun menargetkan akan mencapai 1.000 unit hingga akhir tahun 2025.