REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keinginan untuk mengunyah atau makan es batu, terutama saat cuaca sedang terik, sering dianggap hal wajar. Namun, bagaimana jika keinginan tersebut muncul terus-menerus tanpa alasan jelas?
Kondisi yang dikenal dengan istilah pagophagia ini bisa jadi merupakan sinyal dari tubuh bahwa ada sesuatu yang tidak beres, khususnya terkait dengan kekurangan vitamin atau mineral. Para ahli mengungkapkan kecanduan es batu sering kali berkaitan erat dengan kekurangan zat besi.
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang sehat dalam jumlah memadai.
Sel darah merah ini sangat penting karena tugasnya membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika jumlahnya kurang, kondisi ini dikenal sebagai anemia.
"Anemia dapat memberikan tekanan ekstra pada organ vital, terutama jantung yang harus memompa lebih keras dan lebih cepat untuk mengimbangi jumlah sel darah merah yang lebih rendah," kata ahli onkologi dan hematologi, Daniel Landau, MD, dikutip dari laman Best Life pada Senin (28/8/2025).
Meskipun mekanisme pasti di balik hubungan antara ngidam es batu dan anemia belum sepenuhnya jelas, salah satu penelitian menemukan bahwa mengunyah es batu diduga dapat meningkatkan kewaspadaan pada orang yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi. Dalam penelitian lain, ditemukan bahwa sekitar 16 persen dari partisipan yang menderita anemia mengalami pagophagia.
Seorang dokter umum dan spesialis alergi, Helen Evans-Howells, menyebutkan beberapa hipotesis, salah satunya adalah bahwa es batu dapat menenangkan lidah dan mulut yang meradang, gejala yang sering dialami oleh penderita kekurangan zat besi. Hipotesis lain, mengunyah es batu bisa membantu meningkatkan aliran darah ke otak yang melambat akibat jumlah sel darah merah yang rendah. "Alasan yang paling mungkin adalah ini merupakan tanda dari tubuh kita untuk memberi sinyal bahwa ada kekurangan nutrisi," ujarnya.
Kekurangan zat besi dapat dialami oleh siapa saja, namun, terutama yang mengalami menstruasi berat, sedang hamil, menyusui, atau baru melahirkan. Gejala umum dari kekurangan zat besi adalah kelelahan kronis, napas pendek, dan detak jantung yang cepat. Pada beberapa orang, gejala lain juga bisa muncul, seperti sakit kepala, pusing, kulit pucat, rambut rontok, tangan dan kaki terasa dingin, sindrom kaki gelisah, atau kuku yang rapuh. Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini tidak selalu spesifik hanya untuk anemia dan bisa menjadi tanda dari kondisi medis lain.
Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak melakukan self-diagnose atau mengobati diri sendiri dengan suplemen zat besi. Mengonsumsi zat besi secara berlebihan justru bisa membahayakan tubuh.
Dalam kasus yang jarang terjadi, anemia bisa disebabkan oleh perdarahan internal yang memerlukan diagnosis dan penanganan profesional. Dokter biasanya akan melakukan tes darah lengkap (complete blood count atau CBC) dan memeriksa kadar ferritin serta transferrin untuk mendiagnosis kondisi ini secara akurat.