
Presiden Donald Trump mengatakan mulai menarik pasukan AS dari wilayah yang berpotensi berbahaya di Timur Tengah pada Rabu (11/6). Hal ini dilakukan karena perundingan nuklir dengan Iran tak menemukan titik terang dan memunculkan kekhawatiran meningkatnya konflik regional.
Trump juga menegaskan tidak akan memperbolehkan Iran memiliki senjata nuklir. Meski, muncul spekulasi Israel akan menyerang fasilitas nuklir milik Iran.
"Mereka dipindahkan karena tempat itu bisa menjadi tempat berbahaya," kata Trump kepada wartawan di Washington, dikutip dari AFP, Kamis (12/6).
"Kami telah memberikan pemberitahuan untuk pindah dan kita akan lihat apa yang akan terjadi," lanjutnya.
Trump juga kembali menegaskan tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir.
"Mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir, sederhana saja. Kami tidak akan membiarkannya," tegasnya.
Sejauh ini, Iran dan AS telah menggelar 5 putaran perundingan nuklir sejak April. Perundingan ini untuk menyepakati kesepakatan nuklir baru menggantikan kesepakatan 2015 yang diabaikan Trump di masa jabatan pertamanya pada tahun 2018. Baik Iran dan AS dijadwalkan akan bertemu lagi dalam beberapa hari ke depan.
Trump sebetulnya cukup optimistis dengan perundingan yang berjalan. Namun dalam wawancara yang dipublikasikan baru-baru ini, dia menyatakan tidak yakin kesepakatan nuklir bisa tercapai.
Sejak kembali menjabat untuk masa jabatan kedua pada Januari lalu, Trump menghidupkan kembali kampanye tekanan maksimalnya terhadap Iran. Dia mendukung diplomasi nuklir, tapi juga memperingatkan tindakan militer jika diplomasi itu gagal.
Trump juga mengatakan telah mendesak PM Israel Benjamin Netanyahu untuk menahan diri menyerang fasilitas nuklir Iran. Namun, Trump tampaknya sudah kehilangan kesabaran.
Di sisi lain, Iran tampaknya siap untuk membalas setiap serangan.
"Semua pangkalan (AS) berada dalam jangkauan kami. Kami memiliki akses ke sana dan kami akan menargetkan mereka tanpa ragu," kata Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, merespons ancaman tindakan militer AS jika perundingan gagal.