Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menilai penguatan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi oleh kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menilai penguatan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi oleh kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat.
“Salah satu pejabat The Fed, Lisa Cook, menyatakan bahwa laporan pekerjaan AS ‘mengkhawatirkan’, yang dapat menyebabkan pergeseran tren ekonomi AS. Pernyataan tersebut meningkatkan kemungkinan anggota Federal Open Market Committee (FOMC) akan sepakat terkait pemotongan suku bunga kebijakan dalam waktu dekat,” ujarnya di Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Sentimen tersebut menyebabkan pelemahan dolar AS, disertai meningkatnya sentimen risiko di pasar saham AS. Di sisi lain, pasar saat ini juga mengantisipasi pencalonan pengganti Adrianna Kugler untuk mendapatkan arahan yang lebih jelas tentang arah kebijakan FOMC ke depan.
“Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia akan menunjuk calon untuk menggantikan Kugler pada akhir minggu ini, dan telah mempersempit daftar kandidat pengganti Ketua The Fed, Jerome Powell, menjadi empat finalis,” ujar Josua.
Ia menambahkan, penguatan rupiah juga didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap mata uang domestik di tengah berbagai ketidakpastian di kawasan Asia. “Rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang Rp 16.275–Rp 16.400 per dolar AS,” kata Josua.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta menguat sebesar 44 poin atau 0,27 persen menjadi Rp 16.318 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.362 per dolar AS.
sumber : Antara