Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berbicara mengenai dana abadi pendidikan saat ini justru banyak disalahgunakan peruntukannya. Ia menilai, dana pendidikan yang seharusnya untuk membiayai anak-anak yang kurang mampu, justru digunakan untuk merawat sarana sekolah yang sudah ada porsi anggarannya.
Ia menyebut, dana pendidikan yang tidak tergunakan itu otomatis akan masuk menjadi dana abadi pendidikan.
“Bahwa anggaran 20 persen di dalam APBN yang diamanatkan konstitusi tidak wasted. Jadi kalau tidak terbelanjakan dia harus menjadi dana abadi,” kata Sri Mulyani saat hadiri acara Konvensi Sains dan Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) di Sabuga ITB, Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/8).
“Karena waktu kita semuanya belanjakan banyak juga sekolah-sekolah yang tidak mampu untuk menggunakan. Sehingga dia pakai beli di kursi padahal kursinya masih bagus, ngelabur atau ngecet, ngelabur itu bahasa saya, bahasa orang tua,” tambahnya.
Lebih lanjut, Srimul juga mengungkapkan dirinya menjadi salah satu yang menggagas dana abadi pendidikan itu. Ia menyebut, salah satu alasan dibuatnya dana abadi adalah karena banyak masyarakat Indonesia yang tidak mampu melanjutkan studi ke universitas luar negeri yang bagus karena kendala biaya.
“Saya waktu jadi Menteri Keuangan di 2005, 2006 mulainya. Itu saya merasa minder karena banyak orang Indonesia yang tidak mampu sekolah di the best university,” ungkapnya.
Srimul mengatakan, saat ini dana abadi pendidikan Indonesia adalah Rp 154 triliun. Angka itu belum ditambahkan dari 20 persen APBN saat ini sehingga total dana abadi pendidikan.
“Saya ingin melaporkan kepada Bapak-Ibu sekalian, Rp 154,11 triliun, kalau tahun ini ditambah dengan another Rp 20 T akan menjadi Rp 175, next year juga akan menambahkan lagi,” kata dia.
“Dana abadi penelitian Rp 12,99 triliun. Dana abadi perguruan tinggi Rp 10 triliun. Dana abadi kebudayaan Rp 5 triliun,” bebernya.