
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan penyaluran kredit perbankan per Mei 2025 mencapai Rp 7.997,63 triliun. Angka ini tumbuh 8,43 persen secara tahunan (year on year/yoy), namun mengalami sedikit perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,8 persen (yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit investasi.
“Ditinjau dari kepemilikan bank, kantor cabang bank yang berada di luar negeri tumbuh paling tinggi yaitu 11,61 persen yoy,” kata Dian dalam konferensi pers, Selasa (8/7).
Secara rinci, kredit investasi naik 13,74 persen (yoy), disusul kredit konsumsi sebesar 8,82 persen (yoy), dan kredit modal kerja yang tumbuh 4,94 persen (yoy).

Sementara dari sisi kategori debitur, kredit korporasi mencatatkan pertumbuhan 11,92 persen, jauh melampaui kredit untuk sektor UMKM yang hanya naik 2,17 persen (yoy). OJK menilai lemahnya pertumbuhan di sektor UMKM tak lepas dari fokus perbankan yang masih berupaya memulihkan kualitas kredit di segmen tersebut.
Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) naik 4,29 persen menjadi Rp9.072 triliun. Komponen DPK lainnya juga tumbuh, yaitu giro 5,57 persen, tabungan 5,39 persen, dan deposito 2,31 persen secara tahunan.
Likuiditas perbankan masih dalam kondisi memadai. Hal ini tercermin dari rasio alat likuid terhadap dana non-inti (AL/NCD) sebesar 110,33 persen dan alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) di level 24,98 persen. Kedua rasio ini berada jauh di atas ambang batas masing-masing 50 persen dan 10 persen.
Dari sisi kualitas kredit, rasio kredit bermasalah (NPL) gross tercatat 2,29 persen. Sementara NPL nett di level 0,85 persen.
“LAR relatif stabil tercatat di level 9,93 persen, meski sedikit meningkat dari bulan sebelumnya. Namun rasio LAR stabil dan masih berada di level sebelum pandemi,” ujar Dian.
Ketahanan industri perbankan juga dinilai solid, didukung oleh rasio permodalan (CAR) yang tetap tinggi di angka 25,51 persen. OJK menyebut level ini cukup sebagai bantalan kuat dalam mengantisipasi berbagai risiko ke depan.