Qotrun Nada
Agama | 2025-08-14 19:52:36
Perayaan 80 tahun kemerdekaan RI diliputi dengan ironi. Banyak persoalan di berbagai bidang kehidupan. Di bidang ekonomi, banyak terjadi PHK terhadap pekerja pada berbagai sektor, seperti industri tekstil, teknologi, dll. Dilansir metrotvnews.com (8/08/2025) terdapat 939.038 pekerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 14 sektor usaha berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS). Hampir satu juta orang yang kehilangan pekerjaan, nyaris tanpa penghasilan, sementara untuk bertahan hidup perlu biaya tinggi. Di sisi lain, ada yang berpenghasilan tetap bahkan turun, juga kesulitan memenuhi kebutuhan hidup karena harga-harga melambung tinggi dan banyak pungutan dari negara. Akibatnya, masyarakat terpaksa makan tabungan. Penurunan simpanan nasabah perorangan di perbankan pada triwulan I-2025 turun 1,09% secara tahunan. Hal ini menjadi indikasi bahwa banyak masyarakat yang menggunakan tabungannya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari (CNBCindonesia, 08/08/2025). Kondisi ini menjadi alarm jatuhnya warga kelas menengah ke jurang kemiskinan.
Persoalan lain yang juga terjadi adalah pembajakan potensi generasi untuk mengokohkan kapitalisme. Hal ini nampak pada berbagai bidang, misal pendidikan, kurikulum diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja sesuai kebutuhan industri, bukan pemimpin perubahan. Tren gaya hidup konsumtif yang dibungkus kreatifitas, generasi diarahkan mendesain produk, konten atau tren yang mendorong konsumsi terus menerus. Bahkan ada juga pendanaan asing terhadap aktivitas anak muda agar programnya sejalan dengan agenda kapitalisme global.
Di samping itu, perang pemikiran pun digencarkan dan penanaman berbagai pemikiran rusak seperti deradikalisasi, Islam moderat, dialog antar agama, lebel teroris terhadap orang yang lurus beragama dan berbagai macam pemikiran yang mengalihkan perhatian generasi, maka lengkaplah sudah gempuran terhadap anak muda, potensinya dibajak dan pemikirannya dirusak. Tak heran jika hari ini umat sangat jauh dari pemikiran Islam. Secara fisik merdeka namun secara tak kasat mata masih terjajah, sehingga wajar jika tak bisa berpikir shahih.
Image Credit : pexels-nathania-claire
Dengan demikian , nampaklah bahwa Indonesia meski sudah merdeka dari penjajahan fisik, sejatinya masih terjajah secara hakiki. Kemerdekaan seharusnya tampak pada kesejahteraan rakyat, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar tiap rakyat. Faktanya, masyarakat kelimpungan memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan rasa aman. Ketika rakyat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, esensinya Indonesia belum merdeka secara hakiki. Kemerdekaan hakiki bukan hanya mampu mengganti bendera penjajah dengan mengibarkan bendera merah putih tapi tercapainya kesejahteraan, keadilan , keamanan dan kebebasan berpikir sesuai dengan syariat Islam.
Jika dicermati lebih dalam, kondisi ini merupakan akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, tetapi malah melayani kepentingan kapitalis. Hal ini menjadi niscaya karena sistem sekuler kapitalis menjauhkan agama dari kehidupan, agama tidak mengatur kehidupan. Akibatnya, jurang pemisah antara kapitalis yang makin kaya dan rakyat yang kian miskin semakin menganga lebar. Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan, harus ada jalan keluar yang menjadi solusi tuntas semua permasalahan .
Satu-satunya solusi hakiki atas kondisi ini adalah Penerapan sistem Islam secara kafah artinya, Islam diterapkan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, interaksi sosial, pemerintahan, politik dalam dan luar negeri, sistem hukum dan sanksi , semuanya menggunakan aturan Islam. Sistem ini akan mampu menyejahterakan rakyat dengan mengelola kepemilikan umum dan mengalokasikan hasilnya untuk kesejahteraan bersama. Negara menjamin kesejahteraan rakyat dengan memenuhi kebutuhan pokok rakyat yaitu, sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Negara melakukan industrialisasi sehingga membuka lapangan pekerjaan. Negara juga memberikan tanah bagi yang mau menghidupkan. Bagi fakir miskin, negara memberikan santunan dari baitulmal. Semua ini bisa terwujud karena dalam Islam pemimpin negara adalah ra’in (pelayan)rakyat.
Yang tidak kalah penting, sistem Islam kafah juga akan menjaga pemikiran umat Islam agar senantiasa dalam koridor syariat. Pemahaman yang benar tentang aturan hidup dalam Islam akan melahirkan individu yang taat, yang menjadikan halal dan haram sebagai standar perbuatan. Melalui mekanisme pendidikan yang mengokohkan akidah, kontrol masyarakat yang ketat dan penerapan hukum Islam oleh negara akan memfilter ide-ide sesat yang merusak keimanan. Selanjutnya, kehidupan akan diliputi ketaatan kepada Allah dan senantiasa hanya mencari ridhaNya.
Dengan demikian, untuk meraih kemerdekaan hakiki, butuh aktivitas perubahan hakiki yang harus diperjuangkan. Saat ini sudah ada geliat perubahan di tengah masyarakat, seperti fenomena One Piece, dll. Namun, belum menyentuh akar permasalahan, karena keberadaan sistem kapitalisme. Untuk itu, perlu perubahan hakiki yang dipimpin oleh jemaah dakwah Islam ideologis yang melakukan perubahan hakiki dari sistem kufur menuju Islam. Sebagaimana seruan Allah dalam QS Al Imron ayat 104
Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.