REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut Amerika Serikat masih menjadi pasar yang kuat untuk komoditas non migas dari Republik Indonesia (RI). Ia mengacu pada rilisan data Badan Pusat Statistik pada Selasa (5/8/2025).
Airlangga merincikan transaksi jual beli RI-AS selama jangka waktu tertentu. Dalam sebulan, RI mengekspor 2,68 miliar dolar AS. Impornya, sekitar 1 miliar dolar AS.
"Sehingga sebulan kita surplus 1,64 miliar dolar AS. Kalau setengah tahun, kita surplus hampir 9 miliar dolar AS dengan AS, jadi AS menjadi satu pasar yang perlu dipertahankan, karena pasarnya cukup besar," kata Menko Perekonomian, dalam konferensi pers di kantornya, di Jakarta, dikutip Rabu (6/8/2025).
Setelahnya ada India, Belanda, Malaysia, Thailand. Kemudian, kalau dilihat per sektor, menurut Airlangga, hampir seluruhnya tumbuh pesat. Sektor industri tumbuhnya menyentuh angka 5,68 persen, alias di atas skala nasional. Begitu juga dengan perdagangan, 5,7 persen, transportasi pergudangan 8,52 persen, dan sebagainya.
Pada kesempatan serupa, Airlangga bersyukur pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 berada di angka 5,12 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Menurutnya, ini sebuah sinyal positif. Pasalnya tak banyak negara berada dalam kondisi seperti itu. Terutama di tengah banyak tantangan mendera baik dari sisi internal maupun eksternal.
"Alhamdulillah kita kembali ke jalur 5 persen. Indonesia hanya di Bawah China yang 5,2 persen. Beberapa negara di bawah kita mulai dari Malaysia, Singapura," ujarnya.
Airlangga turut menyinggung pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) di kisaran 2 persen, kemudian Korea Selatan yang relatif lebih rendah dari Indonesia. Menurut Menko Perekonomian, di antara negara-negara G20, Indonesia salah satu yang tertinggi.
Ia kemudian mengelaborasi kondisi nasional. Menko Perekonomian menyebut secara regional tumbuh positif di beberapa daerah. Di Sumatera 4,98 persen, Jawa 5,24 persen, Bali 3,73 persen, Kalimantan 4,95 persen, Maluku-Papua 3,3 persen.