
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli merespons proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan tingkat pengangguran Indonesia pada 2025 tembus ke 5 persen tahun ini. Perkiraan ini, kata dia, menjadi alarm sekaligus masukan penting bagi pemerintah.
"Itu alarm buat kita. Yang penting sekarang adalah kita harus pro aktif untuk mengorkestrasi setiap kementerian teknis kemudian kelompok kerjanya seperti apa dalam rapat koordinasi lintas kementerian dan ini memang menjadi catatan kita,” ujar Yassierli kepada wartawan di acara Human Capital Summit 2025, di Jakarta, Rabu (4/6).
IMF dalam laporan World Economic Outlook edisi April 2025 mencatat tingkat pengangguran Indonesia akan naik menjadi 5,0 persen pada 2025, setelah sebelumnya berada di angka 4,9 persen pada 2024.
Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi kedua di Asia setelah China yang diprediksi sebesar 5,1 persen.

Menaker menjelaskan pemerintah tidak tinggal diam. Ia menyebut sejumlah program sudah dijalankan untuk membuka lapangan kerja dan menekan angka pengangguran.
“Yang sudah kita lakukan contoh MBG misalnya Makan Bergizi Gratis itu kita kejar. Itu kira-kira pencipta lapangan kerja itu berapa? Kita datang ke kawasan ekonomi kawasan industri itu lapangan pekerjaannya seperti apa? Kemudian ada Swasembada, itu lapangan pekerjaannya seperti apa," lanjut dia.
Yassierli juga menyoroti pentingnya menyambut angkatan kerja baru, khususnya lulusan sekolah menengah atas dan kejuruan yang akan lulus dalam waktu dekat.
"Jadi kan kalau kita lihat tingkat pengangguran itu dari Agustus tahun lalu 4,76 kemudian turun jadi 4,71 Februari 2025. Memang tantangannya nanti Agustus ketika kemudian lulusan SMA SMK yang lulus di bulan Juni-Juli (2025) itu tantangan. Kita akan jawab tantangan tersebut dengan lapangan kerja,” jelasnya.
Yassierli optimistis pemerintah bakal membuktikan proyeksi IMF tersebut meleset. “Sekali lagi prediksi boleh saja. Tapi tentu kita akan buktikan bahwa prediksi itu salah,” kata Yassierli.