
Sedikitnya 47 warga Palestina tewas setelah pasukan Israel menembaki kerumunan warga di dekat pusat distribusi bantuan di Khan Yunis, Gaza selatan, Selasa (17/6). Lebih dari 200 lainnya terluka.
Menurut juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, insiden terjadi saat ribuan orang berkumpul untuk menerima tepung di fasilitas milik Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF).
“Pesawat tanpa awak Israel menembaki warga. Beberapa menit kemudian, tank Israel menembakkan beberapa peluru,” ujar Bassal kepada AFP.
Insiden ini menjadikan hari Selasa sebagai hari paling mematikan sejak sistem distribusi bantuan baru diluncurkan akhir Mei.
Sistem ini dijalankan oleh GHF, badan kontraktor swasta yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.
Tembakan Terulang di Titik Bantuan

Ini bukan kali pertama tentara Israel menembaki kerumunan di lokasi bantuan.
Sejak GHF mulai beroperasi, penembakan serupa terjadi hampir setiap hari.
Lebih dari 300 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 2.000 luka-luka saat mencoba mengakses bantuan makanan.
Militer Israel belum memberikan komentar atas insiden terbaru.
Dalam beberapa insiden sebelumnya, militer menyatakan bahwa tentaranya melepaskan “tembakan peringatan” terhadap individu yang dianggap mencurigakan mendekati posisi mereka.
Namun, tidak dijelaskan apakah tembakan itu mengenai warga sipil.
Warga Palestina menghadapi pilihan sulit: menahan lapar atau mengambil risiko diterjang peluru.

Sistem distribusi bantuan baru ini dimaksudkan untuk menggantikan operasi kemanusiaan yang selama ini dijalankan PBB.
Pemerintah Israel menyebut langkah itu penting untuk mencegah bantuan jatuh ke tangan Hamas.
Namun, kelompok medis internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) menyebut klaim itu tidak berdasar.
Dalam sidang Komite Urusan Luar Negeri DPR Inggris, Anna Halford dari MSF mengatakan, “Klaim tentang pengalihan bantuan oleh Hamas itu tidak masuk akal dan sinis. Ini justru melemahkan sistem kemanusiaan yang sebelumnya berfungsi.”
Ia menggambarkan sistem GHF sebagai kekacauan yang mematikan.
Para ahli memperingatkan operasi militer Israel yang masih berlangsung, ditambah pembatasan akses bantuan, telah mendorong Gaza ke ambang kelaparan.
Menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 55.432 orang tewas dan 128.923 orang luka-luka sejak perang dimulai. Sebagian besar korban adalah warga sipil.