
Lokasi distribusi bantuan kemanusiaan di Rafah, Gaza selatan, akan ditutup sementara setelah 27 warga Palestina tewas akibat tembakan pasukan Israel.
"Pusat distribusi bantuan akan ditutup untuk renovasi, reorganisasi dan peningkatan efisiensi pekerjaan hari ini dan akan melanjutkan operasi pada Kamis," kata Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) dalam pernyataannya, dikutip dari AFP, Rabu (4/6).
Militer Israel juga mengkonfirmasi penutupan sementara distribusi bantuan kemanusiaan. Mereka memperingatkan penduduk tidak berpergian melewati jalan yang mengarah ke pusat distribusi bantuan.
"Jalan menuju pusat distribusi bantuan merupakan zona pertempuran," kata militer Israel.
GHF mulai beroperasi sejak minggu lalu. Namun, PBB dan kelompok kemanusiaan lainnya enggan bekerja sama dengan GHF karena khawatir yayasan itu dirancang melayani tujuan militer Israel.
Baik GHF dan Israel membantah bahwa militer Israel menembak warga sipil yang berbondong-bondong mengambil paket bantuan di pusat distribusi bantuan. Militer Israel bahkan menyebut insiden itu tengah diselidiki.

Sementara itu, warga Gaza menyebut apa yang terjadi sebagai jebakan.
"Keluarga saya pergi ke sana untuk membawakan kami makanan, dan lihat apa yang terjadi padanya," kata Zain Zidan, anak dari Reem al-Akhras yang tewas dalam penembakan itu.
Suami Akhra, Mohamed Zidan, mengatakan hampir setiap hari warga sipil yang tak bersenjata tewas.
"Ini bukan bantuan kemanusiaan. Ini jebakan," ungkap Zidan.
Meski demikian, militer Israel bersikeras pihaknya tidak mencegah warga Gaza mengambil bantuan.
Juru bicara militer Israel, Effie Defrin, mengatakan pasukannya saat itu menembak orang yang mendekat dengan cara yang membahayakan.