
Lapangan pekerjaan jadi hal yang paling diburu sejumlah warga, usai gelombang PHK terjadi di Indonesia sepanjang 2025. Menteri Tenaga Kerja Yassierli mencatat, ada 16.801 orang kehilangan pekerjaan pada tahun ini.
Hingga 23 April 2025, total jumlah korban PHK yang tercatat sudah mencapai 24.036 orang. Angka ini disebut sudah cukup tinggi dan mencapai sepertiga dari jumlah PHK sepanjang tahun 2024 yakni 77.965 orang.
Hal ini membuat sejumlah Job Fair di Jakarta menjadi incaran. Banyak kisah dari para pemburu kerja ini, mereka yang sudah berumur hingga yang baru kali pertama mencari kerja.
Seperti apa kisah mereka? Berikut kumparan rangkum.
Harapan Besar Para Pencari Kerja Pertama
Pameran lowongan kerja atau Job Fair digelar di GOR Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ratusan orang berjejalan mengadu peruntungan.
Lina salah satunya. Ia baru pertama kali mengikuti acara ini, dan sudah mengantre sejak pagi.

“Saya dari jam 9 tadi di sini, sempat daftar dulu di belakang sana,” ujarnya saat ditemui kumparan, Selasa (3/6).
“Ini baru pertama kali. Saya tahu infonya dari Instagram,” imbuhnya.
Di tengah ramainya peserta dan suara pengeras yang mengumumkan informasi lowongan, Lina menyimpan harapan besar.
“Ya, semoga ada rezekinya di sini nanti. Ini mau lihat-lihat dulu juga ada apa aja di dalam,” tuturnya.
3.500 Lowongan Tersedia
Jackson Dianrus Sitorus, Kepala Sudin Nakertransgi Pemkot Jakarta Barat, sebagai penyelenggara Jakarta Job Fair mengatakan, total ada 41 perusahaan swasta yang berpartisipasi, ditambah 3 instansi pemerintah, serta 6 pelaku usaha mikro dan UMKM binaan Jakpreneur.
"Secara keseluruhan, tersedia 3.504 lowongan kerja," ujar Jackson saat meninjau job fair di GOR Tanjung Duren.
Mereka yang Sudah Berumur, Tak Gentar Hadapi Pesaing yang Lebih Muda
Ada Fandi yang berusia 38 tahun, Elanda 40 tahun, dan Mada 42 tahun turut mencari kerja di antara para pelamar yang masih muda. Semangat mereka tak padam, meski khawatir akan mendapat tantangan berat.
Fandi, misalnya, lulusan SMA ini berupaya dapat kerja di usianya yang tak muda. Ia sempat bekerja sebagai salah satu operator call center di sebuah perusahaan di Jakarta, tapi ia kena PHK saat pandemi.

“Ya memang masa-masa sulit ya. Waktu saya kerja itu kan memang sesudah COVID ya. Memang ada banyak pengurangan juga. Cuma bedanya kan sekarang ada pengurangan karena musibah pandemi. Kalau yang sekarang kan memang pengurangan karena lapangan kerjanya mungkin agak terbatas ya,” jelas Fandi.
Ia sudah mencoba sejumlah pekerjaan, seperti driver ojek online dan buka usaha. Tapi keadaan ekonominya tak kunjung membaik.
"Tapi memang keadaan ekonomi juga agak kurang bagus. Jadi ya kita mau nggak mau harus mencoba mencari lapangan kerjaan yang baru,” katanya.
Itulah sebabnya ia datang ke job fair ini. Meski mengaku sempat merasa kurang update (kudet) soal pendaftaran online, ia bersyukur sistem yang digunakan cukup memudahkan.
“Awalnya untuk masuk agak simpel sih, jadi agak terbantu juga. Cuma memang kan biasanya kalau orang yang agak kudet itu agak susah-susah untuk daftar lewat link-link segala macem. Ya mungkin agak ribet ya, cuma kalau kita kan kita coba up to date. Jadi kita lebih terbantu, simpel untuk masuknya, daftarnya juga nggak ada manualnya lagi,” kata Fandi.

Hal yang sama juga disampaikan Elanda. Ia sempat bekerja sebagai engineer di sebuah perusahaan mesin ATM sejak 2013 hingga 2024.
Lalu ia menjajal pekerjaan sebagai ojek online. Tapi penghasilannya sebulan tak mencukupi kebutuhan keluarganya. Maka ia mantap mengadu peruntungannya di Job Fair kali ini.
Harapannya, gaji sesuai UMR Jakarta.
"Sesuai dengan UMR di Jakarta aja. Itu mencukupi. Cukup mencukupi aja," kata dia.
Sementara Mada, perempuan asal Cengkareng ini punya pengalaman kerja sebagai pemandu tur di Kepulauan Riau pada 2018. Setahun kemudian, ia kerja di sebuah Mal.

Ia berhenti karena perusahaan tak menyodorkan kontrak dan jaminan kesehatan. Tapi ia harus tetap kerja, untuk merawat ibunya yang menderita stroke.
"Kebetulan ibu saya stroke," kata dia.
Mada sebetulnya berharap kerja di luar negeri, berbekal pengalamannya sebagai pemandu tur.
"Saya pengin luar negeri ya, karena pengalaman dan kemampuan juga. Di luar negeri mereka lebih memandang skill. Di usia 60 kalau masih bisa ya enggak apa-apa," kata wanita asal Cengkareng itu.
Sebar Seratus CV Seminggu, Tak Kunjung Dapat Panggilan Kerja
Mada mengaku pernah melamar pekerjaan melalui sebuah situs sebanyak ratusan kali dalam sepekan. Namun, tak ada undangan dari penyedia lapangan kerja untuk mengikuti tahapan tes berikutnya. Dikarenakan terlalu sering melamar, dia mengaku hingga terkena peringatan dari situs kerja itu.
"Saya ngelempar CV banyak banget, dalam seminggu tuh bisa seratus kali tuh saya lempar, saya sampai kena warning, udah terlalu banyak katanya," kata dia saat ditemui pada Selasa (3/6).

"Tapi dari sekian banyak juga saya gak diterima interview," lanjut Mada.
Mada masih akan tetap berusaha mencari pekerjaan. Sebab, dia mempunyai pengalaman kerja yang terbilang mumpuni. Mada memiliki pengalaman di bidang agen perjalanan. Dia pernah bekerja sebagai tour guide di Kepulauan Riau pada tahun 2018.
"Saya pikir kalau tidak dicoba, kita tidak akan tahu hasilnya," ucap lulusan Sarjana itu.
HRD Menjawab Isu Job Fair Hanyalah Formalitas, Benarkah?
Di sosial media muncul isu, bursa kerja hanya formailtas belaka. Lowongan sebetulnya tak benar-benar tersedia.
Bagaimana tanggapan dari penyedia kerja mengenai isu tersebut?
Gilang Rizki, staf HRD dari sebuah bank pemerintah yang turut membuka bursa kerja mengatakan, pihaknya benar-benar membuka lowongan di bursa kerja itu. Setelah kegiatan itu, akan ada beberapa pelamar yang dipanggil untuk mengikuti tes selanjutnya.

"Nggak formalitas sih, karena di sini kita memang bener-bener pure mencari kandidat karena setelah acara ini pun kan ada yang dipanggil untuk tahap selanjutnya. Jadi gak hanya sekadar formalitas itu," kata dia saat ditemui di Jakarta Job Fair.
Menurut Gilang, para pelamar yang lolos ke tes selanjutnya akan diumumkan dua pekan ke depan. Meski tak menyebut angkanya secara rinci, lanjut dia, terdapat lowongan posisi magang sebagai teller yang dapat dilamar dengan syarat mempunyai IPK minimal 3.
"Kita memang untuk jenjang karier yang magang ini masih panjang. Jadi kalau misalnya yang magang ini bisa berminat, ya dia bisa diangkat jadi kontrak atau bahkan jadi pekerja tetap," ucap dia.
Hal senada dikatakan HRD perusahaan retail, Ferri Ferdiawan. Dia memastikan pihaknya benar-benar membuka lowongan di kegiatan Jakarta Job Fair. Setel...